Kamis, 08 Agustus 2013

TUNTUTAN KOHESI PARAGRAF

Paragraf adalah rangkaian kalimat yang secara bersama­sama menjelaskan suatu unit gagasan penulis. Kalimat­kalimat itu tidak lepas terpisah satu dengan yang lain, tetapi saling berhubungan dan tarik-menarik. Istilah yang tepat untuk mengungkapkan makna "tarik-menarik" ini adalah kohesi.
Kohesi sebenarnya istilah dalam IPA. Artinya, tarik­menarik antarmolekul yang sejenis. Misalnya, tarik-menarik molekul air dengan molekul air sehingga air tampak menyatu. Kohesi dalam paragraf adalah tarik-menarik antarkalimat dalam paragraf sehingga kalimat-kalimat itu tidak saling ber­tentangan, tetapi tampak menyatu dan bersama-sama men­dukung pokok pikiran paragraf. Paragraf yang demikian dapat disebut sebagai paragraf yang padu (kohesif).
Antara kalimat satu dengan kalimat lain yang membentuk sebuah paragraf harus berhubungan secara baik, terjalin erat, dan kompak. Kekompakan hubungan itu menyebabkan pem baca mudah mengetahui hubungan kalimat satu dengan kalimat lain. Paragraf yang demikian dinamakan paragraf yang serasi (koheren).
Kepaduan dan keserasian paragraf dapat terwujud bila terdapat kohesi antarkalimat. Untuk mewujudkan kohesi antarkalimat, keberadaan penanda kohesi sangat diperlukan. Penanda kohesi ibarat lem perekat atau magnet yang me­nyebabkan kalimat-kalimat dalam paragraf itu saling ber­hubungan dan bahkan saling menarik satu dengan yang lain. Penanda kohesi cukup banyak ragamnya, antara lain seperti di bawah ini.

1. Pengulangan atau Paralelisme
Kohesi dapat ditimbulkan melalui pengulangan kata atau frasa yang sama. Artinya, kata atau frasa tertentu dari sebuah kalimat dimunculkan lagi dalam kalimat berikutnya. Dengan cara sepeti itu kalimat pertama dan kalimat-kalimat berikutnya mempunyai hubungan yang nyata.
Contoh:
Seharusnya semua orang dapat berpidato. Sebab, semua orang mampu berbicara yang dapat dikembangkan menjadi terampilberpidato. Membuat diri agar terampil berpidato itu ternyata amat mudah. Caranya, mem­biasakan diriberpidato di depan teman-temannya atau di lingkungan terbatas. Makin sering berpidato, makin terampil. Bahkan pada waktunya kelak bukan hanya terampil, melainkan akan menjadi mahirberpidato.

2. Penggunaan Kata Ganti atau Pronomina
Kata ganti sangat efektif untuk menandai pertalian antar­kalimat dalam paragraf atau wacana. Yang termasuk di dalam­nya adalah kata ganti orang/pronomina dan kata ganti tunjuk. Jika kata ganti diletakkan setelah kata yang digantikan, disebut hubungan anaforis. Jika kata ganti mendahului kata yang digantikan disebut hubungan kataforis.
Contoh:
(1)  Anton membeli seekor kuda jantan. Ia me­nungganginya berkeliling kampung hampir setiap sore.
(2)  Dengan menunggangi kuda jantannya, Anton berkeliling kampung hampir setiap hari.
(3) Tadi pagi Andre mencubit Putri. Ia tampak marah-marah.
Pemakaian kata ganti ia pada kalimat (1) merupakan penanda kohesi anaforis karena mengacu pada kata Anton yang sudah disebutkan sebelumnya. Sementara itu, -nya pada contoh (2) merupakan penanda kohesi kataforis. Contoh (3) tidak kohesif karena kata ganti ia membingungkan pem­baca. Siapa sebenarnya yang marah-marah? Andre atau Putri?

3. Penggunaan Penanda Koreferensi
Penanda kohesi sering menggunakan kata yang maknanya berbeda dengan kata yang diacunya. Akan tetapi, kedua kata itu mengacu pada referen yang sama atau menunjuk pada sesuatu yang sama.
Contoh:
Sejak pagi Pak Slamet melayani pembeli dengan ramah. Pedagang yang sabar dan ulet itu baru beristirahat men­jelang matahari tenggelam

4. Persesuaian Alami
Kadang-kadang dalam sebuah paragraf kita temukan kata yang memiliki hubungan persesuaian alami. Walaupun hedua kata berbeda maknanya, mereka merujuk pada satu kumpulan yang sama.
Contoh:
Ayah mempunyai kebun salak pondoh satu setengah hektare. Paman memiliki dua hektare.

5. Hubungan Metafora
Hubungan metafora mirip dengan hubungan koreferensi. Kedua kata atau frasa dalam paragraf mempunyai bentuk dan arti yang berbeda, tetapi ada semacam pertalian makna kias dan makna lugas.
Contoh:
Tidak mengherankan jika Ulfah sekarang tumbuh menjadi gadis cantik. Dahulu ibunya memang bunga desa yang menjadi incaran para pemuda.

6. Penggunaan Konjungsi
Konjungsi disebut juga kata perangkai, kata sambung, kata penghubung, atau kata tugas. Ia memang mempunyai tugas merangkaikan, menyambung, atau menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf. Konjungsi merupakan penanda kohesi yang amat sering digunakan. Beberapa contohnya ditampilkan di bawah ini.
a. Konjungsi sebab, sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, oleh karena itu, maka, maka itu, akibatnya untuk me­nandai hubungan sebab-akibat atau akibat-sebab. Contoh:
(a)    Upaya memirip-miripkan cerita di atas panggung dengan kejadian di masyarakat tentu saja tidak asal dilakukan. Sebab, drama adalah karya seni yang selalu mempertimbangkan faktor keindahan.
(b)    Sejak beberapa tahun terakhir ini pihak yayasan mengalami kesulitan mencari dana. Sebab itu, mulai tahun ini biaya operasional pendidikan dibebankan kepada orang tua siswa.
(c)    Kita memerlukan biaya dan tenaga yang amat banyak untuk membangun jalan tembus. Oleh karena itu, kita barns bekerja sama dengan berbagai pihak.
b. Konjungsi tetapi, akan tetapi, namun, walaupun, sebalik­nya digunakan untuk menandai hubungan pertentangan/ kontras. Contoh:
(a)    Persediaan beras dan bahan makanan lain sudah me­limpah ruah di pasaran sejak seminggu yang lalu. Akan tetapi, harganya masih belum turun.
(b)    Kepala desa kami mewajibkan semua warganya untuk mengadakan kerja bakti membersihkan lingkungan pada ban Minggu pagi yang akan datang. Namun, bagi warga yang mempunyai keperluan penting, diizinkan tidak mengikuti kerja bakti.
(c)    Pada musim hujan, warga desa di daerah itu sering kebanjiran.Sebaliknya, pada musim kemarau mereka sulit mendapatkan air bersih.
c. Konjungsi malahan dan bahkan digunakan untuk me­nandai hubungan pengutamaan. Contoh:
(a)    Karena usahanya berhasil, Pak Wiryo membangun beberapa tempat ibadah di daerahnya. Malahan dia akan mengaspal jalan di desanya.
(b)    Mereka sangat berminat menyaksikan pertandingan tinju itu. Bahkan banyak di antara mereka sudah datang sebelum loket penjualan tiket dibuka.
(c)    Banyak pengungsi menderita sakit di penampungan sementara. Bahkan dua orang dinyatakan kritis dan barns dilarikan ke rumah sakit.
d. Konjungsi penanda hubungan waktu, antara lain dahulu, sekarang, kini, kelak, sebelum, setelah, sesudah, kemudian, sementara itu, sehari kemudian, sebulan yang lalu, tahun depan digunakan untuk menandai hubungan waktu. Contoh:
(a)    Minggu pertama tinggal di asrama, mereka masih tampak canggung menyapu, mengepel, merapikan kamar, dan mencuci serta menyetrika pakaian. Sebulan kemudian, mereka sudah terampil mengurus kebutuhan diri sendiri.
(b)    Entah apa sebabnya, basil bumi di daerah ini kurang baik sejak tiga tahun yang lalu. Dulu tanah di sini subur sekali sehingga basil bumi melimpah.
(c)    Mereka makan bersama-sama di bawah pepohonan yang rindang. Setelah makan, mereka melanjutkan perjalanan menuju pos kedua.
       e. Konjungsi paling ... , se... nya, ter ... digunakan untuk menandai hubungan klimaks. Contoh:
(a)    Angin puyuh merusak kebun tebu berhektare-hektare di Kabupaten Kediri. Yang paling parah di Kecamatan Ngadiluwih.
(b)    Karena terbatasnya lapangan pekerjaan, banyak warga desa mencari nafkah ke tempatyang amatjauh. Sejauh jauhnya pergi, mereka pasti mempunyai rencana kembali ke kampung halamannya.
(c)    Ada beberapa jalan yang dapat ditempuh menuju puncak Gunung Tidar. Paling dekat, jalan dari sebelah utara, dekat pasar burung.
f. Konjungsi seperti, ibarat, sama, bak digunakan untuk menandai hubungan perbandingan. Contoh:
(a)    Perusahaan yang dipimpinnya menghadapi beberapa masalah, makin lama makin banyak. Seperti bola sa ju yang menggelinding, makin lama makin besar.
(b)    Makin banyak pengalaman, pengetahuan, dan ilmu yang dikuasai, biasanya orang semakin rendah hati. Ibarat padi, makin berisi makin merunduk
(c)    Dia berada dalam posisi yang amat sulit untuk menentukan sebuah keputusan. Bak buah simalakama yang bila dimakan ayahnya mati, bila tidak dimakan ibunya yang mati.
g. Konjungsi di sana, di sini, di situ, sebelah, dekat, jauh digunakan untuk menandai hubungan tempat/jarak. Contoh:
(a)    Di Jakarta kita tak dapat menyeberangi jalan di sembarang tempat. Di sini dengan mudahnya kita melenggang menyeberangi jalan.
(b)    Halaman depan gedung serba guna berupa taman yang indah. Sebelah kirinya berupa kebun buah­buahan yang cukup luas.
(c)    Pabrik pengolahan marmer dibangun di tempat yang sepi, yaitu di lereng Gunung Menoreh.Jauh dari ke­ramaian Kota Magelang.

h. Konjungsi umpama, contoh, misalnya digunakan untuk menandai hubungan ilustrasi. Contoh:
(a)    Memasuki usia remaja, Anita tampak semakin cantik. Umpama bunga, dia sedang mekar menyebarkan aroma wangi yang mengundang banyak serangga.
(b)    Induk binatang selalu melindungi anak-anaknya yang masih kecil dari bahaya yang mengancam. Contoh, induk ayam memanggil-manggil anaknya agar bersembunyi di bawah sayapnya saat ia melihat burung elang melayang-layang mencari mangsa.
(c)    Kita hat-us melakukan berbagai usaha untuk meng­antisipasi datangnya musim hujan yang hampirselalu mengakibatkan banjir di daerah ini. Umpamanya, kita bergotong royong mengeruk dasar saluran air.
       i. Konjungsi ringkasnya, kesimpulannya, intinya, garis besar­nya digunakan untuk menandai hubungan kesimpulan. Contoh:
(a)    Sebagian warga.turun ke sungai mengambil batu, sebagian meratakan tanah, dan sebagian lagi memecah batu dan menata di atas tanah yang sudah diratakan. Ringkasnya, semua warga sibuk membangun jalan.
(b)    Harga sayur-mayur di pasar sudah merambat naik, betas naik, minyak goreng juga naik, demikian pula terigu.Kesimpulannya, harga bahan makanan naik.
(c)    Lantai rumah harus dipel atciu minimal disapu sehari sekali, perabot rumah tangga seperti kursi harus dilap dengan kain lap minimal dua hari sekali, dan pakaian kotor barns segera dicuci.Intinya, kita harus berperilaku bersih.
j. Konjungsi jika, kalau, jikalau, andaikata, seandainya digunakan untuk menandai hubungan syarat atau pengandaian. Contoh:
(a)    Minggu depan kawan-kawan sekelasku akan berkemah di Sekar Langit selama dua hari.Jika diizinkan oleh ayah dan ibu, saya akan ikut.
(b)    Sawah-sawah sudah kering, tanaman banyak yang mati, dan penduduk kesulitan mencari air bersih. Kalau hujan tidak segera turun, masyarakatsemakin menderita.
(c)    Ketika rombongan kami tiba, pesta baru saja usai. Seandainya kendaraan yang kami tumpangi tidak mogok, kami tentu tidak terlambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar