Kamis, 08 Agustus 2013

MEMAHAMI PARAGRAF

PARAGRAF


1. Pengertian Paragraf dan Alinea
1.1 Poerwadarminta
Poerwadarminta (1961-652)  Kamus Umum Bahasa Indonesia paragraf berasal dari bahasa Eropa, dan memiliki arti: (a) bagian dari bab dalam buku; pasal; (b) bagian dari bab (c) hal; perkara; pokok pembicaraan; (d) tentang hal; mengenai hal; (e) sebab; lantaran.  Di dalam kamus yang sama (1961: 32), Poerwadarminta menyebut bahwa kata alinea juga berasal dari bahasa Eropa, dan memiliki arti: ganti garis; baris baru (pada tulisan).
1.2 Anton Moeliono
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 1988:648), asal kata Paragraf dari bahasa apa tidak lagi disebutkan, dan kata itu memiliki arti: (a) bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan dimulai penulisannya dengan garis baru; alinea; (b) bagian wacana yang ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasi yang lebih; paragraf; (c) dalam ragam percakapan alinea berarti ganti baris: baris baru (pada tulisan).
1.3 Harimurti Kridalaksana
 Di dalam Kamus Linguistik (Kridalaksana, 1982:120), kata paragraf diartikan 'bagian wacana yang mengungkapkan pikiran utuh atau hal tertentu yang lengkap tetapi yang masih berkaitan dengan isi seluruh wacana, dapat terjadi dari satu kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan'.  Di dalam kamus yang sama (1982:7), kata alinea sama pengertiannya dengan Paragraf
1.4  Kamus Webster's
Di dalam Webster's Ninth New Coolegiate Dictionary ( 1985:853), kata Paragraph diartikan, antara lain, a subdivision of a written compo­sition that consists of one or more sentences, deals with one point or gives the words of one speaker, and begins on a new usually intended line.
1.5 John.  M. Echols dan Hassan Shadily
Kamus Inggris-Indonesia karangan John.  M. Echols dan Hassan Shadily (1995: 417), kata Inggris Paragraph diterjemahkan paragraf, ayat, alinea.  Kata alinea tidak terdapat di dalam bahasa Inggris. jadi, kata alinea kiranya bukan kata Inggris, melainkan kata dari salah satu atau bahasa Eropa.
1.6 Arnaudet dan Barret
Di dalam buku Paragraph Development (Arnaudet dan Barret, 1990:1), Paragraph diartikan sebagai 'is a group of sentences which develop one central idea. The central idea is usually stated in a topic sentence"
1.7 Gorys Keraf
Di dalam bidang karang-mengarang, kata paragraf (alinea) diisi dengan pengertian khusus seperti berikut: ... suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. la merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.  Dalam alinea itu gagasan tadi men adi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas (Keraf, 1980: 62).
1.8 A. Widyamartaya
Dengan formulasi yang berbeda, A. Widyamartaya (1993: 32) mengartikan paragraf (alinea) sebagai "sekelompok kalimat yang saling berkaitan dan yang mengembangkan satu gagasan".
1.9  M. Ramlan
Ramlan dalam Paragraf: Alur Pikir dan kepaduannnya dalam Bahasa Indonesia (1993:1) mengartikan paragraf sebagai bagian dari suatu karangan atau tuturan  yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya.
Hal yang dapat disimpulkan adalah bahwa kata Paragraf dan Alinea dapat saling bergantian apabila dipakai dalam kaitannya dengan kata wacana yang berarti: satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, atau artikel (Moeliono, 1988: 1005).  Kata wacana ternyata tidak (belum?) terdapat di dalam kamus Poerwadarminta (1961).  Dari penelusuran arti yang terdapat di kamus dan buku seperti diuraikan di atas, dan dari uraian Gorys Keraf (1980:62), serta A Widyamartaya (1993:32) dapat disimpulkan bahwa paragraf atau alinea lazimnya terdiri dari sekelompok kalimat yang mengungkapkan satu gagasan. Gagasan itu merupakan satu gagasan bawahan dari sebuah karangan atau wacana.
Paragraf (alinea) adalah suatu kesatuan pikiran dan merupa­kan kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat.  Paragraf merupakan himpunan dari berbagai kalimat yang ertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.  Dalam suatu paragraf, gagasan tersebut menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan untuk menampilkan pokok pikiran secara lebih jelas.
2. Macam-macam paragraf
(a) Berdasarkan letak kalimat utama
(1)   Paragraf deduktif adalah paragraf yang letak kalimat utamanya terdapat di awal paragraf. Contoh:
(1)Kosa-kata memegang peranan penting dalam berbahasa dan merupakan unsur yang paling mendasar dalam kemampuan berbahasa, khususnya dalam mengarang. (2) Jumlah kosakata yang dimiliki oleh seseorang dapat menj'adi petunjuk tentang pengetahuan yang dimilikinya. (3) Di samping itu, menjadi indicator bahwa ia mengetahul sekian banyak konsep. (4) Semakin banyak data yang dikuasainya, berarti semakin banyak pula pengetahuannya.
Catatan. Pikiran utama, ide pokok, kalimat utama untuk paragraf ini terdapat pada kalimat nomor  (1). Kalimat (2), (3), dan (4) merupakan kalimat penjelas yang dikenal dengan istilah kalimat berisi pikiran penjelas atau kalimat pengembang paragraf.
(2)   Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraf.
       Contoh
Ketika anak didik memasuki dunia pendidikan, peng­ajaran bahasa Indonesia secara metodologis dan sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk memperluas dan memantapkan bahasa daerahnya. Hal ini karena setelah meninggalkan kelas, mereka kembali memperguna­kan bahasa daerah, baik dalam pergaulan dengan teman­temannya ataupun dengan orang tuanya. Ia merasa lebih akrab bila menggunakan bahasa daerah.  Pada jam sekolah yang hanya berlangsung selama beberapa jam, baik pada waktu istirahat atau pun selang waktu di antara jam-jam pelajaran, bahasa daerah tetap menerobos dalam pergaulan anak didik.  Ditambah lagi jika sekolah itu bersifat homogen dan gurunya pun penutur asli bahasa daerah itu.  Faktor­-faktor inilah yang menyebabkan pengetahuan si anak terhadap bahasa daerahnya akan  melaju terus dengan cepat.

(3) Paragraf Campuran adalah paragraf yang letak kalimat di awal dan di akhir paragraf.
Contoh:
Peningkatan taraf pendidikan para petani sama pentingnya dengan usaha peningkatan taraf hidup mereka. Petani yang berpendidikan cukup, dapat mengubah sistem pertanian tradisional misalnya bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, menjadi petani modern yang produktif. Petani yang berpendidikan cukup akan mampu menunjang pembangunan secara positif.  Mereka dapat memberikan umpan balik yang setimpal terhadap gagasan-gagasan yang dilontarkan perencana pembangunan, baik di tingkat pusat, maupun di tingkat daerah. Itulah sebabnya, peningkatan taraf pendidikan para petani dirasakan sangat mendesak.
(b) Berdasarkan: tujuannya, paragraf dapat digolongkan berikut ini:
1)       Paragraf narasi adalah paragraf yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian. Contoh:
Pada tanggat 10 November 1945 telah dikeluarkan amanat perang kepada seluruh rakyat.  Dengan demikian, terbuka, republik yang masih muda ini terlibat dalam sebuah perang terbuka dengan negara lain.  Seluruh rakyat diminta untuk menyumbangkan tenaga dan hartanya untuk mempertahankan republik ini.  Seruan ltu disambut hangat oleh genap lapisan masyarakat.
2)    Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan atau memerikan sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah menyatakan atau mengalami sendiri hal atau peristiwa yang digambarkan itu. Contoh:
Langgar itu berada di sebelah kanan rumah Paman Udin dan terletak pada bagian sisi sungai yang rendah.  Pada beberapa tempat, sisi sungai itu sedemikian meneluk­nya hingga mencapai bagian depan rumah penduduk.  Namun, sungai itu tidak begitu dalam, kira-kira satu meter dua puluh saja ketika air pasang.  Di sungai itu, banyak anak yang belajar berenang.  Sepanjang kampungku dan kampung-kampung lain di sebelah barat dan di timur, tiap-­tiap rumah mempunyai suatu jembatan yang menghubungkan dengan jembatan lain sampai pada jembatan panjang yang menghubungkan kampung  demi kampung.
3)    Eksposisi

Karangan ini berisi uraian/penjelasan tentang sesuatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan.
Contoh:
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidanga akuntansi, pekerjaan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yasng digunakan untuk menghasikan informasi keuangan. Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keungan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang berusaha menerangkan atau menginformasikan suatu hal untuk mem­perluas wawasan pembaca. Contoh
Gagap bukanlah merupakan penyakit, melainkan suatu gangguan atau kelainan bicara yang dapat disembuhkan.  Seseorang dikatakan gagap bila dalam berbicara ia sering tersendat-sendat, mengulang-ulang atau memperpanjang ucapan beberapa suku kata yang disertai dengan mene­gangnya otot-otot pada beberapa bagian, misalnya pada otot muka, bibir, dan leher.
Topik yang tepat untuk eksposisi, misalnya:
-Manfaat koperasi sekolah
-Peranan majalah dinding di sekolah
-Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil.

Contoh eksposisi Poroses:

a. Mencangkok bukanlah pekerjaan yang sukar. satu menit saja kita belajar, kita sudah dapat berpraktik dan hasilnya kita tunggu satu dua bulan. Caranya sebagai berikut:
1. Siapkaan pisau , tali rafia, tanah yang subur sekepal, dan sabut pembungkus secukupnya.
2. Pilihlah ranting yang tegak, kekar, sehat, dengan dimeter kira-kira 1,5 - 2 cm.
3. Kulit ranting yang akan dicangkok dikerat dan dikelupas sampai bersih kira-kira sepanjang 10 cm.
4. Tutuplah keratan bagian atas dengan tanah dan bungkuslan dengan sabut yang telah disiapkan.
 (4)  Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan membuktikan sesuatu.  Melalui pangamatan dan penelitian, serta analisis dan sintesis, dapat dikumpulkan berbagai fakta, angka, grafik, peta, dan lain-lain untuk membuktikan kebenaran paparan paragraf itu. Contoh:
Kalsium berperan menurunkan hipertensi.  Dalam suatu studi, Dr. Villar dan rekan-rekannya memberikan 1000 mg kalsium pada sekelompok orang sehat, dan memberikan kalsium palsu kepada kelompok lainnya.  Setelah di lakukan penelitian terbukti bahwa pria pada kelompok pertama mengalami penurunan tekanan darah 9%, sedangkan pihak wanita mengalami penurunan 5,6%.  Selain itu, juga terbukti bahwa penderita hipertensi yang melakukan diet mengalami kekurangan 10-65% kalsium dibandingkan dengan orang­-orang yang memiliki tekanan darah normal.
(5)   Paragraf persuasi adalah paragraf yang bertujuan mempengaruhi pekiran, pendapat atau sikap-pembaca dengan memberikan penekanan aspek emosional. Contoh:
Kandungan minyak alami dalam pigeon baby oil membuat kulit si kecil menjadi bersih total, tidak menyebab­kan iritasi, bahkan mampu mencegah terjadinya kulit kering dan lecet hingga bagian lipatan yang sulit dijangkau.  Dengan pigeon baby oil, kulit buah hati Anda menjadi lembut sempurna dan membuat orang lain merasa penasaran kalau belum menyentuhnya.
(c) Dilihat dari pola pengembangannya, paragraf dapat dibedakall menjadi berikut ini.
 (1)  Umum -khusus
Paragraf umum-khusus dimulal dengan kalimat topik atau gagasan utama diikuti dengan perincian-perincian. Contoh:
Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional.  Hal ini mulai ditetapkan sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.  Kedudukan ini disebabkan adanya kenyataan bahwa bahasa Melayu yang mendasarli bahasa Indonesia telah menjadi lingua franca selama berabad-abad di seluruh tanah air kita.  Dengan ditetapkan -kedudukan bahasa nasional ini, terjadinya persaingan bahasa dapat dihindari.  Maksudnya, persaingan antara bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional.
(2)   Perbandingan dan pertentangan
Perbandingan adalah upaya mengamati persamaan-­persamaan yang dimiliki oleh dua benda atau lebih, sedang­kan pertentangan lebih banyak menonjolkan perbedaan yang ada pada dua benda atau lebih. Ada dua cara yang biasa dipakai oleh para penulis untuk menggambarkan perbandingan dan pertentangan, yakni cara utuh dan cara bergantian.  Cara utuh dapat dilakukan dengan cara menempatkan dua atau lebih benda yang dibandingkan secara terpisah.  Adapun cara bergantian dapat dilakukan dengan menuliskan perbedaan atau persamaan kedua benda yang diperbandingkan dalam sebuah paragraf. Contoh:
Menonton film dengan menggunakan kaset video memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan menonton film di layar lebar.  Keuntungan yang paling mencolok adalah dalam hal biaya yang harus dikeluarkan.  Biaya untuk menonton film dari kaset video lebih murah daripada menonton di bioskop.  Jika ada beberapa orang yang ingin menonton film kaset video, mereka dapat berpatungan.  Ini tentu lebih murah dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan jika menonton film di bioskop. Kedua, film di gedung bioskop tidak banyak memberikan pilihan dibandingkan dengan film kaset video.  Ketiga, jadwal pemutaran film di gedung bioskop sudah ditentukan, sedangkan film kaset video dapat diputar kapan saja.
(3)   Analogi
Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah dikenal secara umum dengan sesuatu yang belum atau kurang dikenal oleh umum. Contoh:
Filsafat dapat diibaratkan sebagai pasukan 'militer yang merebut pantai' untuk pendaratan pasukan infanteri.  Adapun pasukan infanteri ini diibaratkan sebagai ilmu pengetahuan. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan, sedangkan ilmu berupaya membelah gunung dan merambah lautan.  Filsafat menyerahkan daerah yang sudah dimenangkan ini kepada pengetahuan­-pengetahuan lainnya.
(4)   Contoh
Untuk liustrasi terhadap gagasan umum sering dipergunakan contoh untuk membuat paragraf menjadi lebih kongkret.  Perhatikan contoh berikut.
Dalam rangka mengejar ketertinggalan di pedesaan, baik dalam bidang pembangunan atau pun bidang penge­tahuan, berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah.  Salah satu caranya adalah mejalankan program ABRI masuk desa yang telah lama kita kenal.  Hasilnya pun lumayan, seperti perbaikan jalan, pembuatan jembatan, pemugaran kampung.  Contob lainnya adalah Kuliah Kerja Nyata yang dilakukan oleh mahasiswa.  Hasil yang positif telah pula dlnikmati oleh desa yang bersangkutan, misalnya pengetahuan masyarakat, pemberantasan buta aksara, perbaikan dalam bidang kesehatan dan gizi, dan lain-lain.
(5)   Sebab akibat
Dalam paragraf ini, sebab dapat menjadi gagasan utama dan akibat menjadi gagasan (pikiran) penjelas, atau sebaliknya. Contoh:
Akhir-akhir ini Jalan Kebon Jati kembali macet dan semberawut.  Lebih dari separuh jalan kendaraan digunakan oleh para pedagang kaki lima.  Untuk mengatasinya, peme­rintah bermaksud memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan dengan trotoar.  Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu telah melewati batas sehingga menumbulkan kemacetan lalu lintas.
(6)   Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan untuk menghasilkan sesuatu. Contoh:
Sebagai contoh, kita lihat pertemuan angkasa Gemini-7 pada tanggal 15 Desember 1965.  Gemini-7 telah berhari-­hari berada dalam peredarannya yang berbentuk lingkaran dengan tinggi 294 km.  Sebetulnya, bidang lintasan Gemini-7 ini telah diperhitungkan agar sama dengan bidang pe­luncuran Gemini-6.  Ini bisa terjadi tiap hari karena adanya gerakan rotasi bumi.  Jarak antara Gemini-7 dan Gemini-6  hanyalah 25 km.  Beberapa km ini diselesaikan pada fase terakhir selama 30 menit.  Dengan cara berkali-kali meng­adakan pembentukan arah, pengukuran jarak, dan per­cepatan, akhirnya bertemulah Gemini-6 dan Gemini-7.
(7)   Klimaks dan antiklimaks
Klimaks adalah perincian gagasan dari gagasan yang paling bawah atau rendah menuju gagasan yailg paling tinggi kedudukan atau kepentingannya.  Kebalikaniiya adalah antiklimaks.Contoh:   
Bentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman ke zaman sesuai dengan kemajuan teknologi yang dicapai umat manusia.  Padawaktu mesin nap sedang jaya-jayanya, ada traktor yang dijalankan dengan mesin uap.  Modelnya kira-kira menyerupal mesin giling yang digerakkan dengan uap.  Tak lama kemudian, pada waktu tank menjadi pusat perhatian orang, traktor pun berbentuk seperti tank.  Traktor semacam ini adalah hasil produksi perusahaan Carterpillar.  Jepang pun tidak kalah peranannya dalam pembuatan traktor ini.  Produksi Jepang yang khas di Indonesia dikenal dengan nama padi traktor, yang bentuknya telah meng­alami perubahan dari model-model sebelumnya.
3. Ide Pokok atau Kalimat Topik (Pengendali Paragraf)
Di bawah ini diberikan contoh paragraf-paragraf dengan letak kalimat topik yang berbeda-beda itu.
Contoh kalimat topik ada pada awal paragraf
(1)Perkembangan zaman telah mengubah gaya hidup dan kebiasaan manusia.  (2) Salah satunya adalah perubahan dalam kebiasaan belanja.  (3) Dahulu, hampir setiap hari orang berbelanja bahan makanan untuk dimasak pada hari itu juga. (4) Sekarang, keluarga modern cenderung lebih efisien dengan berbelanja sekali saja dalam seminggu, atau sebulan. (5) Hal ini dimungkinkan berkat diciptakannya lemari es yang mampu mengawetkan bahan makanan (Kompas, 21 Agustus 2000).
Contoh kalimat topik ada di tengah paragraf
(1) Barang konsumsi dan barang industri akan dijual ke pasar yang berlainan. (2) Penjualan barang-barang tersebut memerlukan cara-cara pemasaran yang berbeda. (3) Misalnya, di bidang perencanaan barang, mode, pembungkusan, warna, merk pada umumnya lebih penting untuk barang konsumsi daripada barang industri. (4) Selain itu, kebijaksanaan distribusinya juga berbeda karena saluran distribusi untuk barang-barang konsumsi biasanya lebih panjang dan melibatkan lebih banyak perantara daripada saluran distribusi untuk barang­barang industri. (5) Penggolonggan barang ke dalam barang konsumsi dan barang industri ini sangat penting dalam penyusunan program pemasaran perusahaan. (6) Demikian pula, kebijaksanaan di bidang periklanan, produksi barang-barang konsumsi biasanya menggunakan lebih banyak media advertensi daripada barang-barang industri (Swastha DH, 1984: 99, dengan beberapa perubahan).
4. Ciri-ciri paragraf yang baik
1.     penulisan awal paragraf   menjorok ke dalam.
2.     hubungan isi (arti, makna) antarkalimat harus makul atau logis (koheren). 
3.     Kalimat kedua  menjelaskan kalimat pertama; begitu pula kalimat ketiga, dan keempat, dst.  
4.     paragraf tersebut terdiri atas lebih dari satu kalimat.
5.     ada satu kalimat yang merupakan gagasan (ide) pokoknya, kalimat topik.
6.     terdapat hubungan kebahasaan (hubungan kohesi) dan hubungan dari segi makna, arti (koherensi) yang baik antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.
7.     kesatuan (kohesi). Paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu bersama-sama me­nyatakan suatu hal atau tema tertentu.kepaduan.  Paragraf dianggap padu j ika semua kalimat yang membangun sebuah paragraf saling berhubungan dan kompak antara kalimat satu dan kalimat lainnya yang membentuk paragraf itu.
8.     Dalam kaitannya dengan wacana teknis, ilmiah paragraf yang baik harus menggunakan bahasa ragam baku yang memiliki ciri-ciri (a) tidak menimbulkan salah tafsir, bukan kata-kata dialek (b) urutan kata-katanya disesuaikan dengan kaidah yang berlaku (c) cakupan fungsi (unsur) kalimat harus dipenuhi (d) penulisan ejaan (kata) dan kalimatnya

5. Penanda Hubungan Antarkalimat
Contoh 1:
(1) Kelahiran Orde Baru, 1 Oktober 1965, diawali dengan pembredelan pers. (2) Meskipun sampai tahun 1974 pers Indonesia dinilai relatif cukup kritis, setelah itu dunia media massa nasional memang sa­ngat tergantung dari kekuasaan pemerintah. (3)  Berbagai cara dilakukan oleh penguasa untuk mengontrol dan mengendalikan pers. (4) Dari kesulitan mendapat surat izin terbit, sampai kepada pemba­tasan apa yang boleh diberi­takan atau apa yang tidak (di­lakukan kemudian dengan apa yang disebut "budaya tele­pon").  (5) Kerusuhan di suatu daerah akibat konflik antaret­nis jelas termasuk berita ter­larang. (6) Pernyataan yang kritis terhadap kepemimpinan Presiden Soeharto tabu untuk diungkapkan di media. (Kompas, Rabu, 28 Juni 2000 hlm.100 klm.3)
Contoh 2
   (1) Kelahiran Orde Baru, 1 Oktober 1965, diawali dengan pembredelan pers. (2) Meskipun sampai tahun 1974 pers Indonesia dinilai relatif cukup kritis, setelah itu dunia media massa nasional memang sa­ngat tergantung dari kekuasaan pemerintah. (3)  Berbagai cara dilakukan oleh penguasa untuk mengontrol dan mengendalikan pers. (4) Harian Kompas adalah harian terbesar di Indoensia (5) Dari kesulitan mendapat surat izin terbit, sampai kepada pemba­tasan apa yang boleh diberi­takan atau apa yang tidak (di­lakukan kemudian dengan apa yang disebut "budaya tele­pon").  (6) Kerusuhan di suatu daerah akibat konflik antaret­nis jelas termasuk berita ter­larang. (7) Pernyataan yang kritis terhadap kepemimpinan Presiden Soeharto tabu untuk diungkapkan di media.

Contoh 1 dan 2 di atas sama-sama mau menggambarkan betapa orde Baru berperan sangat kuat dalam mengendalikan pers. Gagasan pokoknya adalah Pers dalam cengkeraman Orde Baru. Contoh satu tampak padu sedangkan contoh 2 tidak akibat  dimasukkannya kalimat (4).
Contoh 3:
Kota Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar.  Tanah di sekitarnya sangat subur.  Banyak pendatang baru yang datang untuk mencari pekerjaan.  Pada malam hari banyak orang berjalan-jalan di sepanjang Jalan Malioboro untuk menghirup udara segar (Ramlan, 1993: 9).
Contoh 4:
Jalan itu sangat ramai.  Pagi-pagi pukul 6.00 sudah banyak kendaraan yang lewat membawa sayur-sayuran dan hasil pertanian yang lain ke pasar.  Tak lama kemudian, anak-anak sekolah memadati jalan itu.  Ada yang naik sepeda, adayang naik sepeda motor, dan adajuga yang naik mobiljemputan.  Sesudah itu, datang giliran para pegawai, baik negeri maupun swasta, berangkat ke tempat pekerjaan masing-masing.  Demikianlah hingga malam jalan itu tak pernah sepi (Ramlan, 1993: 10).
          Paragraf contoh 3 tidak memiliki ciri-ciri berikut.  Pertama, penulisan awal paragraf tidak menjorok ke dalam.  Kedua, hubungan isi (arti, makna) antarkalimat tidak logis (tidak koheren).  Kalimat kedua tidak menjelaskan kalimat pertama; begitu pula kalimat ketiga, dan keempat.  Mengapa?  Karena kata-kata kunci pada ide pokok yang ingin dikembangkan adalah "Yogya sebagai kota pelajar".  Ketiga, terdapat pernyataan yang tidak seluruhnya benar, yaitu pernyataan "Tanah di sekitarnya sangat subur".  Tidak benar tanah di sekitar kota Yogyakarta semuanya subur; hanya sebagian saja yang subur.
          Meskipun demikian, contoh pertama memiliki tiga ciri yang benar. (1) paragraf tersebut terdiri atas lebih dari satu kalimat (2) ada satu kalimat yang merupakan gagasan (ide) pokoknya, yaitu kalimat pertama.  (3) terdapat hubungan kebahasaan (hubungan kohesif) dan pertalian makna (koherensi).
Penanda hubungan kalimat penting untuk pembentukan sebuah paragraf. Halliday dan Ruqaiya Hasan (1976) merinci lima penanda hubungan antarkalimat atau kohesi
(a)   Bereference (pengacuan/penunjukkan à ini, itu, tersebut, berikut, tad, di atas)
(b)    substitusion (penggantian, kata ganti persona, kata itu dan ini, kata sana, sini, situ; kata begitu, begini, demikian)
(c)    ellipsis (pelesapan, penghilangan, penyingkatan)
(d)   conjunction (perangkaian (kata-kata dan, lalu, dan sebagainya),
(e)   lexical cohesion   (penanda hubungan leksikal). 
Dapat juga dibaca buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Moeliono, 1988:343-349) yang menyebutkan adanya tujuh sarana kebahasaan untuk membuat hubungan kohesif, yaitu (1) kata ganti, (2) kata sambung, (3) pengulangan kata, atau frasa, (4) penggantian dengan satuan kebahasaan yang maknanya berbeda, (5) penghilangan satuan kebahasaan (elipsis), (6) hiponiminya, dan (7) dengan satuan kebahasaan yang memiliki konsep yang berkaitan; atau buku Discourse Studies: An Introductory Textbook (Renkema, 1993:37-40).
Ada dua macam hubungan, yaitu hubungan endoforik dan hubungan  eksoforik.  Hubungan endoforik ialah hubungan yang terdapat antarbagian di dalam teks, (koteks) sedangkan, hubungan eksoforik ialah hubungan dengan unsur lain yang berada di luar teks (konteks). Kita perhatikan contoh (5) dan (6) di bawah ini:
Contoh
(5)      (a) Kemarin Simon pergi ke Ruteng. (b) Di sana ia bermalam di rumah temannya.
(6)      Simon dan temannya berada di toko buku Nusa Indah.  Simon berkata." Sudah beli buku ini?
Kata sana dan ia pada kalimat (b) contoh (5) menggantikan kata Ruteng dan Simon secara endoforik, berbeda dengan kata ini pada frase buku ini yang secara eksoforik menunjuk sebuah buku yang dipajang di toko buku.
4.1. Penunjukan (ini, itu, tersebut, berikut, tadi)
Penanda penunjukan ialah penggunaan kata atau frase untuk menunjuk atau mengacu kata, frase, atau mungkin juga satuan gramatikal yang lain.  Dengan demikian, dalam penunjukan terdapat 2 unsur, yaitu unsur penunjuk (UPen) dan unsur tertunjuk (UTer).  Kedua unsur itu haruslah mengacu pada referen yang sama.  Misal­nya:
Contoh 7
     (1) Kaum beragama juga sering tidak mampu membedakan se­cara jelas wilayah hidup yang termasuk suci (sehingga tidak boleh direkayasa) dan yang ber­sifat dunia (profan).  (2) Ketidak­mampuan ini melahirkan sikap mengutuk kaum beragama ka­rena sains dianggap menga­caukan wilayah suci.
Kita perhatikan contoh (7) di atas.  Kata ini pada frase ketidakmampuan ini (k.2) merupakan UPen yang menunjuk pada frase tidak mampu membedakan dengan jelas…  yang terdapat pada kalimat (1). Dengan demikian frase tidak mampu membedakan dengan jelas… pada contoh (kal.1) memiliki referen yang sama dengan kata penunjuk ini (kal.2).
Penunjukan dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu penun­jukan yang anaforik dan penunjukan yang  kataforik.  Penunjukan anaforik ialah penunjukan ke depan atau ke kiri. 
Contohnya:
(8) 1) Guru memperlihatkan gambar papan catur yang istilah teknisnya disebut diagram. 2) Untuk memudahkan penglihatan, diagram itu disajikan tanpa buah catur­nya.
Kata itu pada frase diagram itu menunjuk secara anaforik pada kata diagram yang terdapat pada  (kal.1). Penunjukannya terarah ke depan atau arah kiri karena kata diagram disebutkan sebelumnya. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh sejumlah kata yang berfungsi sebagai penanda hubungan penunjukan.  Kata-kata itu ialah itu, ini, tersebut, dan berikut Di samping itu, kata tadi digunakan untuk menunjuk secara eksoforik.
4.2. Penggantian (aku, saya, kamu, ia dia, beliau, anda, ku, mu,nya)
4.2.1 Persona (aku, saya, kamu, ia dia, beliau, anda, ku, mu,nya)
Penanda hubungan penggantian ialah penanda hubungan kalimat yang berupa kata, atau frase yang menggantikan kata, frase, atau mungkin juga satuan gramatikal yang lain yang terletak di depannya secara anaforik atau di belakangnya secara kataforik. Contoh
(9) (1) Setelah beberapa kali mendatangi suatu desa, barulah dr. Agus Montot merasa diterima oleh rakyat setempat. (2) Ia pun mulai berani sedikit-sedikit berbicara tentang kesehatan, kebersihan, dan keluarga berencana.
Contoh (9) di atas terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat (1) dan (2).  Kata ia pada kalimat (2) berfungsi sebagai penanda hubungan penggantian, menggantikan  dr. Agus Montot tercantum pada kalimat (1). Contoh
(10)      (1) Anak-anak itu berkulit hitam lebam, berambut keri­ting kusut masai, bermata cekung dengan pandangan yang kosong. (2) Perutnya yang buncit menyembul karena tidak berpakaian. (3) Telapak kakinya tampak pecah-pecah karena berjalan tanpa alas kaki. (4) Itulah gambaran anak-anak pedesaan di Timtim. (5) Mereka umumnya anak yang baru turun dari gunung mengikuti orangtuanya yang ketakutan.
4.2.2 Penggantian dengan kata Penunjuk (ini, itu, sini, sana. Situ)
4.2.3 Penggantian dengan begini, begitu, demikian
4.3 Pelesapan
Penanda hubungan kalimat yang ketiga ialah pelesapan atau elipsis.  yang dimaksud dengan pelesapan ialah adanya unsur kalimat yang tidak dinyatakan secara tersurat pada kalimat berikutnya.  Sekalipun tidak dinyatakan secara tersurat', tetapi kehadiran unsur kalimat itu dapat diperkirakan.  Contoh:
(11) (1) Berdasarkan peraturan, sekolah-sekolah yang menumpang di gedung sekolah negeri diberi batas waktu sampai tahun 1990. (2) Setelah itu, harus menempati gedung sendiri.
Kita perhatikan contoh (11) di atas.  Pada kalimat (1) dinyatakan sekolah-sekolah yang menumpang di gedung sekolah negeri diberi batas waktu sampai tahun 1990.  Pada kalimat berikutnya, yaitu kalimat (2) frase sekolah-sekolah yang menumpang di gedung sekolah negeriyang mestinya menduduki fungsi subjek kalimat tidak dinyatakan secara tersurat atau dilesapkan.  Sekalipun secara ter­surat tidak dinyatakan, tetapi kehadirannya secara tersirat masih dapat diperkirakan dengan jelas, yaitu kehadirannya sebagai subjek kalimat (2).  Jika tidak terjadi pelesapan, kalimat (2) itu akan berbunyi Setelah itu, sekolah-sekolah yang menumpang di gedung sekolah negeri harus menempati gedung sendiri.
Dalam paragraf memang sering terjadi pelesapan.  Pelesapan itu merupakan salah satu penanda kohesi di samping penunjukan, penggantian, perangkaian, dan hubungan leksikal.  Dengan adanya pelesapan hubungan antar kalimat dalam paragraf itu terasa menjadi bertambah erat.  Selain itu, pelesapan juga merupakan salah satu cara untuk menghindari penggunaan kata yang sama yang pada umum­nya menimbulkan kejemuan pada pembaca.
Pelesapan pada contoh (11) di atas dapat disebut sebagai pelesapan seluruhnya, maksudnya seluruh satuan yang dalam hal ini berupa frase dilesapkan.  Mungkin juga uns-ur yang dilesapkan itu hanya sebagian.  Misalnya contoh (12) di bawah ini yang merupakan ubahan dari contoh (11):
(12) (1) Berdasarkan peraturan, sekolah-sekolah yang menumpang di gedung sekolah negeri diberi batas waktu sampai tahun 1990. (2) Setelah itu, sekolah-­sekolah itu harus menempati godung sendiri.
Pada contoh (12) di atas, unsur yang dilesapkan hanyalah unsur atribut dalam suatu frase, yaitu yang menumpang di gedung sekolah negeri.  Selanjutnya diperlukan penambahan kata itu sebagai penanda penunjukan agar yang dimaksud kata sekolah-sekolah samadengan kata sekolah-sekolah yang tercantum pada kalimat (1).
4.4 Perangkaian
Penanda hubungan antar kalimat yang keempat adalah perangkaian.  yang dimaksud perangkaian di sini ialah adanya kata atau kata-kata yang merangkaikan kalimat satu dengan yang lain.  Misalnya:
(13)      1) Membaiknya hubunganTimur-Barat disambut baik oleh dunia. 2) Sebaliknya, perkembangan itu makin memperjelas ketimpangan hubungan Utara - Selatan, yang berdampak negatif terhadap pembangunan di negara-negara berkembang.
Contoh (13) di atas terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat (1) dan (2).  Pada awal kalimat (2) terdapat kata sebaliknya yang menandai hubungan antara kedua kalimat itu.  Memang, penanda hubungan perangkaian selalu terletak di awal kalimat yang kedua atau yang kemudian.
Penanda hubungan perangkaian ada yang berupa kata, misal­nya sebaliknya, namun, akhirnya, padahal, kemudian, tetapi, dan ada yang berupa kelompok katayang diakhiri dengan kata itu, begitu, atau demikian, misalnya oleh karena itu, jika begitu, namun demikian.  Sesungguhnya kata itu, begitu, dan demikian itu merupakan unsur pengganti, menggantikan unsuryangtelah disebutkandi muka.  Misal­nya:
(14)    1) Menjawab pertanyaan, Dr Bengot mengatakan bahwa untuk bahan awal pemeriksaan dilakukan di Batam. 2) Sesudah itu, akan dilakukan pula pemerik­saan serupa di beberapa daerah yang dinilai rawan penyakit AIDS.
(15)    1) Dr. Wongos menekankan bahwa mereka harus menghadapi krisis energi, kekurangan tenaga kerja, miskinnya sumber daya alam dan pasar dalam negeri yang terbatas. 2) Walaupun begitu, pengusaha-peng­usaha Jepang tidak menyerah dan mengupayakan semua potensi yang ada untuk bisa bertahan.
Pada contoh (14) terdapat kelompok kata sesudah itu yan terletak pada awal kalimat (14.2) sebagai penanda hubunga perangkaian.  Kata sesudah sebenarnya termasuk golongan kata  penghubung, yaitu penghubung klausa dalam kalimat luas sedangkan kata itu merupakan unsur pengganti, dalam hal ini menggantikan untuk bahan awal pemeriksaan dilakukan di Batam yang terdapat pada kalimat (14.1). Pada contoh (15) terdapat kelompok kata walaupun begitu (15.2) sebagai penanda hubunga perangkaian.  Kata walaupun sama dengan kata sesudah termasu golongan kata penghubung klausa dalam kalimat luas, sedangkan kata begitu merupakan unsur pengganti, menggantikan mereka harus menghadapi krisis energi, kekurangan tenaga kerja, Miskinnya sum­ber daya alam dan pasar dalam negeriyang terbatas yang tecantum pada kalimat (15.1).
Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh penanda hubungan perangkaian yang berikut ini:
1. dan                                      22. selain daripada itu
2. lalu                                      23. di samping itu
3. kemudian                              24. kecuali itu
4. tetapi                                   25. dengan itu
5. akan tetapi                           26. meskipun begitu/demikian
6. namun                                 27. walaupun begitu/demikian
7. padahal                                28. namun begitu/demikian
8. sebaliknya                            29. jika begitu/demikian
9. bahkan                                 30. kalau begitu/demikian
10.malah                                  31. dengan begitu/demikian
11. apalagi                               32. karenanya
12. sesudah itu                         33. akibatnya
13. setelah itu                           34. sesudahnya
14. sebelum itu                         35. sebelumnya
15. sementara itu                      36. dalam pada itu
16. ketika itu                            37. dalam kaitan itu
17. waktu itu                            38. akhirnya
18. karena itu                           39. misainya
19. oleh                                   40.  antara lain
20. oleh sebab itu                     41. contohnya
21. selain itu                             42.  jadi

4.5. Penanda hubungan leksikal.
 Hubungan leksikal ialah hubungan yang disebabkan oleh adanya kata-kata yang secara leksikal memiliki pertalian.  Misainya kata rumah dengan kata rumah.  Kedua kata ini jelas memiliki per­talian, baikberdasarkan bentukmaupun berdasarkan artinya.  Contoh lain, misalnya kata makhluk dengan kata manusia.  Meskipun ber­dasarkan bentuknya kedua kata itu tidak bertalian, tetapi berdasarkan maknanya kedua kata itu memiliki pertaiian, yaitli kata makhluk meliputi kata manusia.  Demikian pula kata bangunan dengan kata gedung, kata wanita dengan kata kewanitaan, dan sebagainya.  Dari contoh-contoh itu, jelaslah bahwa kata-kata yang secara leksikal memiliki pertalian ialah kata-kata yang memiliki hubungan arti, baik memiliki hubungan bentuk maupun tidak.
Kata-kata yang memiliki hubungan leksikal itu merupakan penanda hubungan leksikal, yang dapat dibedakan menjadi peng­ulangan, sinonimi dan hiponimi.
4.5.1. Pengulangan
yang dimaksud pengulangan di sini bukanlah proses reduplikasi yang merupakan salah satu proses morfologis, seperti misalnya kata rumah menjadi rumah-rumah, kereta menjadi kereta­keretaan, berjalan menjadi berjalan-jalan, melainkan pengulangan sebagai penanda hubungan antar kalimat, yaitu adanya unsur peng­ulang yang mengulang unsur yang terdapat pada kalimat di depan­nya.  Halliday dan Ruqaiya Hasan menyebutnya dengan istilah reiteration.  Kita perhatikan contoh di bawah ini:
(16)    1) Pada tahun 1984 CV Charitas melakukan pemugaran dengan membangun 46 petak toko di lan­tai dua dengan memberiikan kompensasi Rp. 1 00 juta bagi Pemda Kota Madya Ujung Pandang (KMUP). 2) Pemugaran itu belum rampung, namun pembangunan seterusnya dibatalkan karena muncul keinginan untuk membangun pasar yang lebih besar.
Pada kalimat (16.1) terdapat kata pemugaran.  Kata itu diulang pada kalimat (16.2) dengan penambahan kata itu sebagai unsur penun­juk menjadi pemugaran itu.  Dengan adanya kata itu, maka kata pemugaran pada kalimat (2) menunjuk pada referen yang sama dengan pemugaran yang terdapat pada kalimat (16.1).  Demikianlah, di samping pengulangan bentuk, di sini terjadi pengulangan makna.
Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh 4 macam pengulang­an, yaitu 1) pengulangan sama tepat, 2) pengulangan dengan perubahan bentuk, 3) pengulangan sebagian, dan 4) pengulangan parafrase.
4.5.1.1 Pengulangan sama tepat
yang dimaksud pengulangan sama tepat ialah apabila unsur pengulang sama dengan unsur diulang, hanya pada umumnya unsur pengulang diikuti unsur penunjuk itu, ini, dan tersebut Misalnya:
(17)      1) Adalah suatu kejahatan menjual kepulauan ini kepada Jepang. 2) Kepulauan ini bukan sesuatu yang tumbuh begitu saja dari karang yang tandus. 3) Akan tetapi, bagi kami kepulauan ini merupakan zamrut di ujung timur Soviet.
Pada kalimat (1) terdapat frase kepulauan ini.  Frase ini diulang pada kalimat (2), dan diulang sekali lagi pada kalimat (3).  Kata inipada frase-frase itu merupakan unsur penunjuk, hanya di sini unsur penun­juk dalam hubungan eksoforik.
4.5.1.2 Pengulangan dengan perubahan bentuk
       (18) 1) Pada waktu kesempatan pertemuan BP3, pihak orangtua menyerahkan sejumlah uang sebagai bentuk partisipasi mereka dalam pendidikan di Seminari Kisol. 2) Penyerahan itu berlangsung di Aula Asumpta Ruteng. 3) Dana  yang disumbangkan itu sangat berarti bagi lembaga calon imam itu.
Bentuk menyerahkan pada kalimat  (18.1) pada kalimat (18.2) berubah bentuk menjadi penyerahan. Demikian pula kata uang diganti dengan kata dana atau kara seminari diganti dengan kata lembaga calon imam.  Ada pelbagai kemungkinan perubahan bentuk yang dipilih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar