Paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan bersama-sama menjelaskan satu unit pokok pikiran. Penulis merakit paragraf demi paragraf untuk menyampaikan keseluruhan pokok pikirannya kepada pembaca. Agar pembaca dapat menerima keseluruhan pokok pikiran dengan mudah, penulis harus menyusun paragraf-paragraf itu secara sistematis dan logis.
Untuk merakit paragraf yang sistematis dan logis, diperlukan sejumlah unsur pendukung, yaitu transisi, kalimat topik, kalimat penjelas, dan kalimat penegas. Memang tidak semua paragraf mengandung keempat unsur itu. Adakalanya sebuah paragraf mengandung empat unsur, tiga unsur, atau dua unsur saja. Bahkan, adakalanya hanya mengandung satu unsur.
A. Kalimat Utama
Sebuah paragraf yang baik mengandung satu pokok pikiran. Pokok pikiran itu dituangkan dalam salah satu kalimat di antara kalimat-kalimat yang tergabung dalam sebuah paragraf. Kalimat yang mengandung pokok pikiran paragraf disebut kalimat utama atau kalimat topik.
Misalnya, pokok pikiran yang akan disampaikan penulis "taman itu bagus". Pokok pikiran itu dituangkan dalam sebuah kalimat. Tentu saja kalimat yang mengandung pokok pikiran itu boleh bervariasi. Contoh kemungkinan kalimat yang akan muncul sebagai berikut.
- Banyak orang mengakui bahwa taman itu termasuk taman yang bagus.
- Taman kecil di depan rumahnya amat bagus.
c. Sejak dulu sampai sekarang taman itu tetap bagus.
- Bila dibandingkan dengan taman-taman yang ada di sekitarnya, taman itu tetap yang paling bagus.
e. "Itu taman yang amat bagus, " kata salah seorang tamu yang sempat memperhatikannya.
f. Memang, taman seperti itulah yang dapat dikatakan sebagai taman yang bagus.
Meskipun kalimat-kalimat dalam contoh di atas bervariasi, pokok pikirannya sama, yaitu "taman itu bagus". Karena itu, semua variasi kalimat itu dapat dikatakan sebagai kalimat utama. Isi kalimat utama masih bersifat umum karena belum mengungkapkan pokok pikiran penulis secara rinci. Bagi pembaca, kalimat utama belum m beri informasi yang lengkap. Karena itu, dalam sebuah paragraf, selain terdapat kalimat utama, juga terdapat kalimat-kalimat penjelas.
Sebagai contoh, kita ambil salah satu variasi kalimat di atas, yaitu Banyak orang mengakui bahwa taman itu termasuk taman yang bagus. Kalimat ini merupakan kalimat utama karena masih mengandung pernyataan umum. Agar lebih jelas, perlu dilengkapi dengan kalimat-kalimat penjelas yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan. Setelah kalimat itu dilengkapi kalimat-kalimat penjelas, akan menjadi sebuah paragraf seperti di bawah ini.
Banyak orang mengakui bahwa taman itu termasuk taman yang bagus. Pengakuan itu ada benarnya karena dilihat sekilas saja taman itu tampak rapi. Rumput-rumput liar dan sampah tak tampak. Yang ada hanyalah rumput hijau segar yang tumbuh merata. Tanaman bias diatur selang-seling besar kecilnya dari jenis jenis pilihan yang serasi. Bunga-bunga aneka warna bermekaran di berbagai sudut taman.
Dari contoh di atas dapat kita ketahui bahwa kalimat utama (kalimat pertama) dikembangkan oleh kalimat-kalimat penjelas, yaitu kalimat kedua sampai kalimat keenam. Kalimat kalimat penjelas itu merinci atau memberi alasan mengapa taman itu termasuk taman yang baik. Dengan demikian, informasi yang diterima pembaca menjadi lengkap karena secara nalar dapat diterima bahwa taman yang diceritakan itu termasuk taman yang bagus.
B. Kalimat Penjelas
Pembicaraan kalimat penjelas tidak dapat dipisahkan dengan kalimat utama. Dinamakan kalimat penjelas karena ada kalimat utama. Sebaliknya, dinamakan kalimat utama karena ada kalimat penjelas. Meskipun demikian, keduanya mempunyai perbedaan yang nyata.
Kalimat utama berisi pokok pikiran. Pokok pikiran itu dituangan dalam pernyataan umum. Sebaliknya, kalimat penjelas berisi pikiran penjelas yang diwujudkan dalam kalimat kalimat yang isinya menjelaskan, merinci, membandingkan, atau memberi contoh secara khusus.
Misalnya, ide pokok berbunyi "makhluk hidup memerlukan air". Ide pokok itu dituangkan dalam sebuah kalimat utama, misalnya, Agaknya kita tidak akan ragu-ragu mengatakan bahwa setiap makhluk hidup memerlukan air. Kemudian, agar lebih jelas bagi pembaca, kalimat utama itu ditambahi kalimat-kalimat penjelas yang berupa contoh sehingga paragrafnya menjadi seperti di bawah ini.
Agaknya kita tidak akan ragu-ragu mengatakan bahwa setiap makhluk hidup memerlukan air. Misalnya, tumbuhtumbuhan di sekitar rumah kita. Pada musim kemarau panjang, tumbuh-tumbuhan, terutama yang kecil mati kekeringan. Tumbuh-tumbuhan besar pun akan mati kalau tidak mendapatkan air dalam waktu yang amat lama. Demikian pula binatang piaraan kita, selain memerlukan makanan juga memerlukan air minum. Kebutuhan air itu lebih banyak lagi bagi manusia. Selain membutuhkan air untuk mandi, mencuci pakaian, dan memasak makanary kita membutuhkan air untuk minum. Kita akan merasa sangat haus bila sehari saja tidak minum. Yang pasti, kita tentu tidak akan tahan bila beberapa bar! tidak minum.
C. Transisi
Sebuah tulisan/karangan tidak hanya terdiri atas satu paragraf. Ada puluhan bahkan ratusan paragraf. Paragraf-paragraf itu tidak berdiri sendiri, tetapi harus berhubungan satu dengan yang lain. Nah, untuk menghubungkan paragraf satu dengan paragraf lainnya itu diperlukan "perekat" yang dinamakan transisi.
Contoh:
Dalam mewujudkan sebuah baju yang indah, penjahit membuat pola, memotong kain, dan kadang-kadang memadukan kain satu dengan kain lainnya, lalu menjahitnya. Dalam mengolah bahan baku berupa kain itu, penjahit membayangkan siapa yang akan memakai baju yang akan dijahitnya itu. Penjahit berharap agar pemakcti baju itu merasa senang dan puas.
Seperti menjahit baju, pengarang atau sastrawan juga mengolah bahan baku untuk menghasilkan karya sastra. Jika bahan baku baju berupa kain, bahan baku karya sastra adalah bahasa. Sastrawan mengolah bahasa agar menjadi indah dan bernilai s.eni. Sebab, keindahan itulah yang menyebabkan karya sastra disebut karya seni, yaitu seni sastra.
Cara sastrawan menggunakan bahasa untuk menulis karya sastra berbeda dengan cara penulis lain untuk menghasilkan karya ilmiah. Penulis karya ilmiah bertujuan me nyampaikan gagasan kepada pembaca. Karena itu, katakata yang dipilih dan rakitan kalimatnya dibuat sedemikian rupa agarpembaca kRrya ilmiah cepat menangkap dan memahami gagasan penulis. Lain halnya dengan sastrawan. Sastrawan menulis bukan hanya untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca, melainkan juga menyampaikan perasaannya. Apa yang sedang dirasakan sastrawan disampaikan dengan kalimat-kalimat tertentu agar dapat dirasakan pula oleh pembaca.
Ringkasnya, sastrawan perlu menggunakan bahasa yang berbeda dengan yang Zazim. Sastrawan perlu "menggayakan " kalimat agar pembaca tersentuh perasaannya. Kalimatkalimat yang disusun secara khusus untuk membangkitkan perasaan pembaca itu dinamakan gaya bahasa. Jadi, sastrawan perlu menggunakaj gaya bahasa.
Transisi digunakan untuk "merekatkan" atau menghubungkan paragraf satu dengan paragraf lain sehingga hubungan itu terasa logis. Akan tetapi, tidak semua paragraf mengandung transisi. Ada sejumlah paragraf yang tidak perlu menggunakan transisi karena tanpa transisi pun hubungannya sudah terasa logis. Jadi, transisi digunakan kalau diperlukan.
Dari contoh di atas, hubungan paragraf pertama dan paragraf kedua dinyatakan secara eksplisit dengan transisi seperti. Transisi seperti digunakan untuk menandai hubungan perbandingan.
Hubungan paragraf kedua dan ketiga dinyatakan secara implisit, yaitu tidak menggunakan transisi. Meskipun tanpa transisi, alur pikiran dari paragraf kedua ke paragraf ketiga sudah logis. Pembaca sudah merasakan dan memahami hubungan paragraf kedua dan ketiga, yaitu paragraf ketiga menjelaskan bagian tertentu dari paragraf kedua.
Selanjutnya, paragraf ketiga dan keempat dihubungkan dengan transisi ringkasnya. Kehadiran transisi ringkasnya memang sangat diperlukan pada awal paragraf keempat untuk menyambungkannya dengan paragraf ketiga. Sebab, yang ditegaskan dalam paragraf keempat merupakan kesimpulan dari penjelasan yang terdapat dalam paragraf ketiga.
Kehadiran transisi ternyata bukan hanya dalam paragraf, melainkan dapat juga dalam kalimat, antarparagraf, antarsubbab, dan antarbab. Dalam kalimat, transisi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat. Bila terdapat antarsubbab, transisi berfungsi untuk menghubungkan ide pokok
antarsubbab tersebut. Selanjutnya, transisi berfungsi sebagai jembatan penghubung ide pokok dalam bab yang berdekatan kalau terdapat pada antarbab.
Wujud transisi berupa kata (kelompok kata), kalimat, atau paragraf pendek. Transisi yang berupa paragraf pendek biasanya terdapat antarsubbab atau antarbab.
1.Transisi Berupa Kata (Kelompok Kata)
Transisi berupa kata atau kelompok kata amat banyak. Pengelompokan berdasarkan penanda hubungannya antara lain seperti di bawah ini.
a. Penanda hubungan kelanjutan, antara lain dan, septa, lagi, lagi pula, tambahan lagi, bahkan, kedua, ketiga, selanjutnya, akhirnya, terakhir.
- Hubungan waktu, antara lain dahulu, sekarang, kini, kelak, sebelum, setelah, sesudah, sementara itu, sehari kemudian, tahun depan.
c. Penanda klimaks, antara lain paling..., se... nya, ter.. . .
d. Penanda perbandingan, antara lain seperti, ibarat, sama, bak.
- Penanda kontras, antara lain tetapi, biarpun, walaupun, sebaliknya.
- Penanda urutan jarak, antara lain di sana, di sini, di situ, sebelah, dekat, jauh.
- Penanda ilustrasi, antara lain umpama, contoh, misalnya.
- Penanda sebab-akibat, antara lain sebab, oleh sebab itu, oleh karena, akibatnya.
- Penanda syarat (pengandaian), antara lain jika, kalau, jikalau, andaikata, seandainya.
- Penanda kesimpulan, antara lain ringkasnya, kesimpulannya, garis besarnya, rangkuman.
2. Transisi Berupa Kalimat
Kalimat yang digunakan sebagai transisi dikenal pula dengan istilah kalimat penuntun. Kalimat penuntun mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai tra isi dan sebagai peng
antar topik yang akan dijelaskan. Wontohnya seperti di bawah ini.
Ringkasnya, morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk kata. Yang dibicarakan dalam morfologi adalah perubahan perubahan bentuk kata, baik dengan afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Peru bahan bentuk kata membawa akibat adanya perubahan arti kata. Pembicaraan mengenai perubahan arti kata sebagai akibat perubahan bentuk kata ini juga masuk wilayah morfologi. Bahkan morfologi juga membicarakan perubahan jenis kata sebagai akibat dari perubahan bentuk kata.
3. Transisi Berupa Paragraf
Adakalanya transisi berupa paragraf pendek. Transisi ini digunakan untuk "membelokkan" pembahasan dari suatu pokok pikiran ke pokok pikiran yang lain. Contohnya seperti di bawah ini.
Demikian penjelasan ringkas mengenai pentingnya pembuka pidato. Sebelum kita lanjutkan pembicaraan mengenai berbagai cara membuka pidato yang menarik, yang memikat, dan memesona, terlebih dahulu kita bicarakan intonasi. Pembicaraan tentang intonasi perlu kita dahulukan karena berbagai cara membuka pidato itu hampir tidak ada manfaatnya kalau tidak disertai intonasi yang baik.
Intonasi adalah...
Paragraf di atas berfungsi menjembatani paragraf sebelumnya yang berisi penjelasan mengenai pentingnya pembuka pidato dan paragraf selanjutnya yang berisi penjelasan mengenai pentingnya intonasi yang baik. Karena ide pokok kedua paragraf yang dihubungkan itu berlainan, dapat dikatakan bahwa transisi yang berupa paragraf itu "membelokkan" jalan pikiran pembaca dari suatu ide ke ide yang lain.
D. Kalimat Penegas
Kehadiran kalimat penegas dalam suatu paragraf tidak mutlak. Artinya, boleh ada boleh tidak. Bila pen merasa perlu menggunakan kalimat penegas untuk memperjelas informasi atau menyimpulkan kalimat-kalimat yang mendahuluinya, kalimat penegas ditulis. Bila informasi yang disampaikan itu sudah cukup jelas atau tanpa kalimat penegas kejelasan informasi itu tidak terganggu, kalimat penjelas tidak diperlukan. Namun, kadang-kadang kalimat penegas ditulis bukan untuk memperjelas informasi atau untuk menyimpulkan, melainkan hanya untuk variasi paragraf.
Contoh:
Gedung yang dibangun delapan belas tahun yang lalu itu kini keadaannya rusak berat. Tembok bagian depan mengelupas di beberapa tempat dan bagian belakang retak retak. Gentingnya banyak yang pecah dan tentu saja bocor kalau hujan turun. Kayu penyangga genting banyak yang patah sehingga atap bangunan tampak bergelombang. Plafon sudah tidak utuh, lantai hancur, dan beberapa jendela kaca pecah. Bahkan sejumlah pintunya keropos dimakan rayap. Gedung itu memang sudah tidak layak dihuni.
Unsur-unsur paragraf yang berupa transisi, kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegas, tidak selalu ada dalam sebuah paragraf. Sebuah paragraf sering memiliki empat unsur, tiga unsur, dua unsur, atau hanya satu unsur. Contohcontohnya seperti di bawah ini.
l. Paragraf di bawah ini mengandung empat unsur, yaitu transisi, kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegas.
Lagi pula, di asrama ini kita harus menjaga kebersihan. Kamar mandi kita bersihkan sedikitnya dua hari sekali. Halaman kita sapu bergiliran setiappagi dan sore. Saluran airpembuangan kita kontrol setiap minggu. Demikian pula sampah harus kita perhatikan. Jangan sampai kita membuang sampah sembarangan. Semua sampah, baik sampah besarmaupun kecil, kita buang di tempatsampah. Bila sudah terkumpul, kita bakar di tempatpembakaran sampah atau kita buang ke tempat pembuangan akhir. Bila perilaku hidup bersih itu kita lakukan, hidup kita di asrama menjadi nyaman dan sehat.
2. Paragraf di bawah ini mengandung tiga unsur, yaitu transisi, kalimat utama, dan kalimat penjelas.
Sebagai contoh, semua kendaraan bermotor memerlukan bahan bakar. Lokomotif kereta api memerlukan solar agar kuat menarik rangkaian gerbong. Mobil dan sepeda motor "minum" bensin untuk melaju di jalan raya. Agar dapat menyeberangi lautan, kapal api harus diberi solar yang amat banyak. Demikian pula kapal terbang. Agar dapat mengudara ia harus dibekali bensol.
3. Paragraf di bawah ini mengandung tiga unsur, yaitu kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegas.
Pak Wira makin sibuk. Kambing-kambingnya yang harus dicarikan rumput kini bertambah menjadi sepuluh ekor. Ayam dan itiknya tetap minta jatah makanan dan minuman. Sementara itu, tanaman palawija di sawahnya tak mau ditelantarkannya. Apalagi dalam musim kemarau seperti sekarang ini, Pak Wira harus sering ke sawah. Pekerjaan Pak Wira memang semakin berat.
4. Paragraf di bawah ini mengandung dua unsur, yaitu kalimat utama dan kalimat penjelas.
Dia cukuppandai disekolahnya. Dalam ulangan umum akhirsemester ini, dia dapat menjawab betul empat puluh soal dari lima puluh soalMatematika yang diujikan. Hasil ulangan Kimia tidak mengecewakan karena dia menempati urutan ketiga terbaik di kelasnya. Yang agak mengecewakan adalah basil ulangan Geografi, Dia hanya memperoleh nilai enam. Tetapi, rasa kecewa itu segera terobati karena dalam ulangan mata pelajaran Fisika dia mendapat nilai sembilan.
5. Paragraf di bawah ini hanya mengandung satu unsur, yaitu kalimat-kalimat penjelas.
Mendung Bergayut, makin lama makin tebal. Warnanya hitam pekat. Angin berembus kencang menggoyang pepohonan dan merontokkan dedaunan. Sementara itu, petir menyambar memenuhi angkasa. Geledek pun bergemuruh memekakkan telinga. Tak lama kemudian, hujan turun bagai dicurahkan dari langit bersamaan dengan tiupan angin kencang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar