Sabtu, 31 Agustus 2013

LOGIKA BERWACANA TULIS

LOGIKA WACANA TULIS

Menulis merupakan suatu seni berkarya kreatif produktif dalam keterampilan berbahasa. Maka,tidak diragukan lagi jika ada penyataan bahwa melalui tulisan kita dapat mengenal perilaku bernalar sang penulisnya.Tulisan atau wacana tulis akan mencerminkan sistematika dan kerangka berpikir sesorang. Dari tulisan itu dapat pula dilihat logika atau penalaran penulisnya. Hal ini merupakan suatu proses berkelanjutan dan amat besar kemungkinannya berubah dan berganti sesuai dengan fase dan taraf pengembangan seseorang. Keluasan skemata penulis tentang dunia dan realitas akan terbaca dalam wacana yang diproduksinya dalam tulisan.
1. Menulis sebagai hasil proses bernalar

Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa merupakan hasil proses berpikir kita tentang sesuatu . Hal ini dapat kita mengerti tatkala kita akan mengemukakan pendapat kepada orang lain, misalnya saat berbicara, pikiran kita berkonsentrasi, berproses, kemudian menggunakan media bahasa lisan untuk mengemukakan gagasan. Hal ini pun juga terjadi tatkala kita menulis suatu topik. Untuk menulis suatu topik kita harus berpikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan, mempertentangkan, mencari faktor penyebab dan akibatnya, dan lain-lain.

Dalam keseharian hidup kita pun saat dalam kondisi sadar dan terjaga, kita senantiasa berpikir. Berpikir memang merupakan kegiatan mental kehidupan manusia. Saat itu pulalah timbul serangkaian fakta hasil pengalaman, pengamatan, percobaan, penelitian, dan referensi dalam urutan yang saling berhubungan serta bertujuan menarik kesimpulan yang terwujud dalam pendapat. Jenis berpikir seperti ini sudah merupakan kegiatan bernalar. Dan proses bernalar merupakan kinerja berpikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpuan berupa pendapat atau gagasan. Kagiatan ini bisa bersifat ilmiah atau tidak ilmiah.

Dari prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif. Penalaran ilmiah mencakup kedua poroses penalaran tersebut.

2. Penalaran induktif

Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi.

Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.

3. Penalaram deduktif

Penalaran deduktif adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan kesimpulan merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang dikemukakan dalam kestmpulan sudah tersirat dalam premisnya. Jadi, proses deduksi sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan peernyataan /kesim pulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.

4. Penalaran dalam karangan

Dalam praktik, proses penalaran tidak dapat terpisahkan dengan proses pemikiran. Tulisan merupakan perwujudan hasil kinerja proses berpikir. Tulisan yang baik, sistematis, dan logis mencermtnkan proses berpikir yang baik juga. Begitu juga sebaliknya, tulisan yang kacau mencerminkan proses dan kinerja berpikir yang kacau pula. Karena itu pelatihan keterampilan menulis pada hakikatnya merupakan hal pembiasaan berpikir-bernalar secara tertib dalam bahasa yang tertib pula.

Suatu karya tulis merupakan hasil proses berpikir yang mungkin merupakan hasil deduksi, induksi, atau gabungan di antara keduanya. Suatu tulisan yang bersifat deduktif dibuka dengan suatu pernyataan umum berupa kaidah, teori, peraturan, atau pernyataan lainnya. Selanjutnya pernyataan tersebut dikembangkan dengan pernyataan-pernyataan atau rincian-rincian khusus. Sebaliknya, suatu karya tulis yang induktif dibuka dengan rincian-rincian khusus dan diakhiri dengan suatu kesimpulan umum atau generalisasi. Gabungan antara keduanya dimulai dengan pernyataan umum, diikuti dengan rincian-rincian dan diakhiri dengan pengulangan pernyataan umum yang dikemukakan sebelumnya.

Secara praktis, proses penalaran deduktif dan induktif dikembangkan dalam bentuk paragraf. Yang perlu diperhatikan adalah arah atau alur penalaran dan cara pewujudannya dalam karya tulis. Hal tersebut sangat berhubungan dengan urutan pengembangkan dan isi karangan.

Pola penmgembangan gagasan dapat dilakukan dengan (1) urutan kronologis; (2) urutan spasial; (3) urutan alur penalaran.; dan (4) urutan kepentingan.

Urutan kronologis ditandat dengan penggunaan kata-kata seperti dewasa ini, sekarang, bila, sebelum, sementara itu, sejak saat itu, selanjutnya, dalam pada itu, mula-mula. Bentuk tulisan ini biasanya dipergunakan untuk memaparkan sejarah, proses, asal-usul, dan biografi/riwayat hidup.

Urutan spasial digunakan untuk menyatakan tempat atau hubungan dengan ruang, Biasanya dipakai dengan urutan waktu. Pola ini biasanya menggunakan kata-kata di sini, di situ, di, pada, di bawah, di atas, di tengah, berhadapan, bertolak belakang, berseberangan, dan lain-lain.
Urutan penalaran menghasilkan paragraf deduktif dan induktif. Sedangkan urutan kepentingan dikembangkan berdasarkan skala prioritas gagasan yang dikemukakan., dari yang paling penting, menuju yang penting, ke yang kurang penting.

KESANTUNAN BERDISKUSI

KESANTUNAN BERDISKUSI

 
Keterampilan berbicara dalam ragam budaya masyarakat Indonesia kini bisa terwujud dalam berbagai bentuk, di antara rutinitas kegiatan berbicara dalam kehidupan manusia sehari-hari. Apabila dirunut dari aspek tujuan, tempat, waktu, pihak yang terlibat, serta sarana yang dipergunakan, kegiatan berbicara menurut G. Sukadi (1997) dapat dibedakan menjadi 1) obrolan; 2) musyawarah/rapat; 3) diskusi; dan 4) debat.

Kegiatan obrolan bercirikan antara lain: 1) dilakukan tanpa tujuan yang pasti, sebab pada umumnya dilakukan untuk menambah keakraban, memperluas pergaulan, atau bahkan hanya untuk mengisi waktu luang; 2) dapat dilakukan di mana pun, dalam situasi bagaimanapun; 3) bisa dilaksanakan kapan pun, dalam batas waktu tak tertentu; 4) dapat dilakukan oleh siapa pun dengan siapa saja, tanpa klasifikasi dan kesamaan arah; dan 5) tidak memerlukan sarana dan fasilitas

Musyawarah merupakan kegiatan berbicara bersama yang: 1) dilakukan dengan tujuan mencari titik temu kesamaan langkah, pendapat, kebijakan, sebagai hasil kesepakatan-keputusan bersama; 2) dilakukan di tempat yang disepakati untuk mengadakan kegiatan berbicara bersama, meski bisa juga di tempat terbuka serta ruangan tertutup; 3) biasanya dilakukan setelah kelompok atau organisasi atau masyarakat memiliki kesamaan tujuan atau beban yang harus diatasi segera dan bersama; 4) dilakukan oleh anggota atau wakil-wakil anggota; 5) sarana dan peralatan diperlukan sesuai dengan tingkat kuantitas dan kualitas musyawarah dan hasil kesepakatan bersama.

Diskusi merupakan kegiatan berbicara bersama yang dilakukan dengan 1) tujuan untuk mencari kebenaran (ilmiah); 2) dilakukan dalam situasi resmi di tempat yang formal, meski kadang diskusi nonformal bisa dilakukan di tempat tak formal; 3) dilakukan oleh kalangan yang mencari kebenaran atau meningkatkan kualitas kebenaran; 4) dilaksanakan dalam kelola waktu yang terprogram secara proporsional; 5) diperlukan sarana dan peralatan sesuai dengan tingkat dan kualitas diskusi.

Debat merupakan kegiatan keterampilan berbicara antarpribadi atau pihak. Kegiatan ini diadakan dengan tujuan untuk mengemukakan bahwa gagasan atau konsep yang dikemukakan oleh satu pihak merupakan konsep atau gagasan yang lebih baik, lebih benar, dan lebih tepat dibandingkan gagasan pihak lain. Kegiatan debat ini belakangan berkembang sesuatu dnegan perkembnagan demokrsi di negara kita, terutama bagi partai-partai politik atau kandidat-kandidat yang mencalonkan diri duduk di kursi jabatan tertentu. Biasanya kegiatan ini dipandu oleh seoarng moderator sehingga arah dan tujuan berdebat relatif terkendali, demikian juga dengan topik pembicaraannya. Oleh sebab itu, amat diperlukan keluasan wawasan dan kecerdikan moderator dalam mengendalikan jalannya pemibcaraan. Peralatan dan sarana diperlukan sesuai dnegan bentuk debatnya. Debat kusir atau debat bebas tidak memerlukan tempat yang tertata teratur serta rancangan waktu yang terprogram. Namun, bukan itulah yang dimaksud dalam pembahasan ini.

BAGAIMANA KITA MELAKUKAN DISKUSI?

1. Pengertian diskusi

Secara etimologis kata diskusi berasal dari bahasa Latin discussio, discussi, atau discussum yang berarti memeriksa, memperbincangkan, dan membahas. Dalam bahasa Inggris, discussion berarti perundingan atau pembicaraan, sedangkan dalam bahasa Indonesia, sebagai istilah, diskusi berarti proses bertukar pikiran antara dua orang atau lebih tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Berdasarkan konsep di atas kegiatan diskusi mengandung tiga unsur pokok, yaitu:

2.1 dilakukan oleh dua orang atau lebih (kelompok);
2.2 ada masalah yang menjadi pokok pembicaraan;
2.3 ada tujuan yang hendak dicapai, terutama demi kemajuan ilmu dan pengetahuan
2.4 tempatnya sudah ditentukan;
2.5 waktunya sudah dibatasi;
2.6 pihak-pihak yang telibat juga sudah jelas kedudukan dan fungsinya;

3. Kegiatan diskusi dapat dilakukan oleh dua orang ataupun lebih, puluhan, bahkan ratusan atau ribuan, dalam situasi resmi ataupun tak resmi; dengan persiapan yang matang dan terencana disertai dengan aturan yang jelas, atau kegiatan berbicara di tempat tak resmi dengan tujuan tertentu; berbicara boleh berbeda; tetapi tetap merupakan satu kesatuan,; menghasilkan ide-ide meskipun berbeda, tetapi tetap satu tujuan, bukan kehendak pribadi, melainkan tujuan kelompok, diwarnai dialog, tanya jawab, atau saling tukar pendapat, beradu argumentasi dengan bukti dan alasan, boleh ada penolakan pendapat atau gagasan, memberi tanggapan, saran, kritik, dan usul, di sisi lain dapat dikemukakan informasi lengkap dan terperinci membawa hasil baik berupa kesimpulan, kesepakatan, pemikiran
alternatif, dan lain-lain sebagai hasil pemikiran bersama.

4. Manfaat Diskusi bagi peserta

4.1 peserta dapat memahami suatu masalah, mengetahui latar belakang masalah atau sebab-sebab dan menemukan jalan keluar atau solusi masalah yang sulit.
4.2 peserta dapat menentukan suatu kesepakatan untuk melakukan tindakan, kegiatan, pekerjaan, dan bersikap tertentu.
4.3 peserta dapat menganalisis bersama suatu masalah dan mencari alternatif-alternatif gagasan, rencana kebijakan, tindakan atau keputusan yang tepat.
4.4 peserta dapat memperoleh informasi, ide atau gagasan dari peserta lain, dapat belajar dari peserta lain tentang pengalaman, cara berpikir, cara bersikap, cara mengambil keputusan atau kesimpulan, dan lain-lain.
4.5 peserta dapat saling mengamati, saling menilai, saling belajar, saling menghargai.
4.6 peserta dapat belajar mengemukakan pendapat dan berlatih menanggapai pendapat orang lain.
4.7 peserta dapat belajar berorganisasi baik sebagai angota maupun staf pimpinan.

5. Masalah dalam Diskusi

Masalah yang didiskusikan merupakan suatu persoalan yang dibahas oleh peserta diskusi untuk dipahami, diketahui sebab-sebabnya, dianalisis, dicari jalan keluar atau solusinya, diambil keputusan yang tepat, terbaik di antara yang baik atau tak baik sesuai dengan keadaan dan kebutuhan

Masalah adalah persoalan yang ada antara harapan dengan kenyataan. Oleh sebab itu, kegiatan diskusi merupakan suatu upaya untuk menemukan cara menghilangkan, mengatasi atau memperkecil jarak antara harapan dengan kenyataan.

Kriteria masalah yang layak didiskusikan:

5.1 menarik perhatian peserta;
5.2 aktual dan menjadi pembiacaraan umum;
5.3 berguna bagi peserta, masyarakat atau bagi pengembangan ilmu pengetahuan;
5.4 baru, yaitu belum ada atau belum dibahas sebelumnya;
5.5 langka, jarang ada (kesempatan atau problemanya);
5.6 menyangkut kebijakan untuk umum atau penting sebagai public figure;
5.7 mengandung alternatif pendapat-multidimensional;
5.8 membutuhkan pertimbangan yang matang untuk penentuan keputusan;
5.9 dan lain-lain.

6. Cara Menemukan Topik Diskusi

6.1 memikirkan atau mengingat sesuatu yang pernah dan kita ketahui, kita alami, kita rasakan, dan kita bicarakan.
6.2 membaca buku, koran, majalah, atau referensi lain.
6.3 memperkaya referensial tak tertulis, lewat media audio visual,
6.4 menyimak pidato, ceramah, dialog cendekiawan atau tokoh-tokoh tertentu;
6.5 mengadakan pengamatan, penelitian, wawancara
6.6 dan lain-lain.

7. Pemilihan Tempat Diskusi

7.1 tersusun bersih, rapi, cukup luas untuk kegiatan diskusi
7.2 terhindar dari gangguan suara luar, misalnya kendaraan, pabrik, orang bekerja, anak-anak bermain
7.3 mengesankan suasana yang mengenakkan,
7.4 terdapat peralatan yang digunakan, misalnya soundystem, alat peraga, papan tulis, lampu penerangan,
7.5 cukup untuk mengatur formasi bentuk diskusi

8. Tipe Peserta Diskusi

8.1 tipe tak suka bicara
8.2 tipe positif
8.3 tipe sok tahu
8.4 tipe suka bertengkar
8.5 tipe pemalu
8.6 tipe ingin menang sendiri
8.7 tipe cuek
8.8 tipe sangat terpelajar
8.9 tipe suka bertanya

9. Peserta Diskusi yang Baik:

9.1 ikut mengambil bagian dalam berdiskusi
9.2 mendukung pendapat dengan alasan, fakta, contoh, atau pendapat pakar,
9.3 berbicara hanya bila diberi kesempatan;
9.4 berbicara dengan tegas, jelas, dan benar.
9.5 mendengarkan orang lain berbicara dengan penuh perhatian.
9.6 berkata dan bertindak sopan dan bijaksana
9.7 mencoba menghargai dan memahami pendapat orang lain
9.8 bisa menahan diri kapan dan suasana yang tepat untuk berbicara.
9.9 dan lain-lain.


10. Persiapan yang harus dilakukan oleh seorang peserta diskusi yang baik:

10.1 memikirkan apa yang diketahui tentang masalah yang didiskusikan
10.2 bila banyak yang belum diketahui, calon peserta harus menyelidiki dengan teliti dan sistematis masalah tersebut;
10.3 mempelajari masalah yang didiskusikan dari berbagai sumber, baik lisan maupun tertulis. Bila perliu buat catatan.
10.4 membuat urutan sistematis keterangan yang diperoleh dengan padat.
10.5 berlatih menyampaikan pendapat, tanggapan, dan pertanyaaan dalam kalimat yang baik.
10.6 secara mental harus siap dan bersemangat untuk mengikuti diskusi.

11. Ketua Diskusi

Ketua diskusi bertugas sebagai penuntun dan pengatur arus lalu lintas pembicaraan sebab ia bisa juga sekaligus menjadi moderator. Ia memberi arahan yang jelas dan mendorong peserta agar bergerak maju dalam pemikiran. Apabila terjadi kemacetan pembicaraan, ketua diskusi harus mampu melancarkan lagi jalannya diskusi; demikian pula bila terjadi arah pembicaraan yang menyimpang, ketua harus mampu meluruskannya sesuai dengan tujuan kegiatan diskusi tersebut. Oleh sebab hal tersebut, seorang ketua diskusi harus melakukan persiapan secukyupnya, misalnya membaca berbagai sumber dan membuat catatan agar ia memahami benar masalah yang didiskusikan dan tahu arah yang dituju. Di sisi lain ketua diskusi juga harus berlaku ramah, sabar, jujur, tidak berat sebelah, dan dapat menghargai pendapat orang lain.

12. Tugas ketua diskusi
12.1 mengemukakan masalah yang akan dibahas/didiskusikan: apa, mengapa, dantujuan yang diharapkan.menguraikan butir-butir penting yang menurutnya perlu dipikirkan dan dipertimbangkan oleh peserta. Biasanya hal ini dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
12.3 mengumumkan tata tertib atau aturan main diskusi; mengemukakan alokasi waktu, siapa yang berbicara per kesempatan, berapa orang yang bertanya per sesi; berapa menit per orang berbicara; bagaimana cara meminta kesempatan berbicara, dan lain-lain.
12.4 menjaga keteraturan diskusi; bertindak tegas dan buijaksana, terutama kalau situasi sudah menunjukkkan gejala tidak tertib, terutama dalam berbicara, misalnya dua orang berbicara sekaligus.
12.4 memberi kesempatan kepada semua peserta; hindari seorang berbicara berkali-kali, beri ksempatan kepada yang belum berbicara.
12.5 menjaga agar minat peserta tetap segar: ajukan pertanyaan yang bersifat memancing perhatian; hargai dan pujilah peserta yang aktif secara wajar.
12.6 menjaga agar diskusi tetap bergerak maju sesuai dengan tujuan
12.7 membuat catatan selama diskusi untuk mempermudah mengarahkan ke tujuan dan membuat rangkuman atau kesimpulan akhir diskusi.
12.8 mengemukakan hasil diskusi dengan jalan menyampaiakn rangkuman, kesimpulan, kesepakatan, rencana kerja, atau hal lain yang sesuai dengan tujuan diskusi.

13. Saran untuk Ketua Diskusi

13.1 bersikap bersahabat dengan semua pihak unsur kegiatan diskusi;
13.2 bersedia menjadi pendengar yang baik;
13.3 berpemikiran terbuka terhadap siapa pun;
13.4 mengerti maksud di balik kata-kata yang diucapkan oleh peserta;
13.5 mengerti sikap dan sifat peserta;
13.6 peka terhadap aksi dan reaksi peserta;
13.7 bersikap jujur terhadap taraf dan kedalaman pengetahuan;
13.8 disiplin dalam operasional waktu;
13.9 tak bersikap sombong, namun rendah hati;
13.10 tak mencela peserta diskusi;
13.11 tak menjelekkan pihak luar/lain;
13.12 tak memaksakan kehendak;
13.13 membuat perencanaan yang baik untuk kegiatan diskusi;
13.14 merencanbakan pertanyaan-pertanyaan secara baik;
13.15 mampu mengajak peserta berpartisipasi secara aktif;
13.16 mampu mengendalikan jalannya diskusi secara spontan tak terkendali;
13.17 mampu menjaga diskusi bnerjalan ke arah tujuan yang ditetapkan;
13.18 menghindarkan penyampaian pendapat pribadi;
13.19 berusaha tidak memihak;
13.20 mampu mengendalikan peserta untuk bersedia mendengarkan pendapat orang lain;
13.21 berusaha tidak memainkan peran sebagai seorang ahli;
13.22 mampu menangkap gagasan-gagasan atau konsep utama narasumber;
13.23 mampu menggunakan sarana dan prasarana yang ada secara efektif;
13.24 dan lain-lain.

14. Sekretaris/Notulis

Sekretaris merupakan pendamping ketua dalam suatu kegiatan diskusi, dengan tugas bidang tulis-menulis. Tugas tersebut antara lain mencatat nama peserta dan pernyataan yang disampaikan; mencatat hal-hal khusus yang timbul dalam diskusi, misalnya masalah baru yang dapat diagendakan untuk kegiatan berikutnya; bila diminta bersedia membacakan hasil diskusi; membuat kesimpulan sementara hasil diskusi, membuat laporan lengkap deskripsi penyelenggaraan kegiatan diskusi, antara lain cakupan masalah, tujuan yang ingin dicapai; pelaksanaan diskusi; hal-hal khusus yang muncul; dan kesimpulan atau hasil yang dicapai.

Seorang sekretaris hendaknya seorang penyimak baik yang pandai menangkap gagasan lisan seseorang serta mampu membuat laporannya disertai kepandaian mengatur waktu yang singkat tersedia dengan hasil yang bersih dan rapi.

15. Macam-Macam Diskusi

Jenis kegiatan diskusi dapat berbentuk diskusi kelompok, diskusi kelompok-kelompok, diskusi panel, lokakarya/workshop, rapat kerja, kongres, seminar, konferensi, symposium, kolokium, sarasehan, fishbowl, role-playing, studi kasus/case study, brainstorming, musyawarah/rapat, debat, dan lain-lain.

15.1 Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok ialah pertemuan yang direncanakan atau dipersiapkan untuk dilaksanakan untuk membahas suatu topik dengan seorang pemimpin. Diskusi ini relatif sederhana dengan peserta yang tidak begitu banyak antara empat sampai sepuluh orang. Masalah yang dibahas tidak demikian kompleks dengan tujuan untuk lebih mendalami atau memahami suatu masalah dari disiplin ilmu tertentu.

Bentuk diskusi ini memberikan peluang kepada setiap anggota untuik mengemukakan pendapat sekaligus memperluas wawasan dan pandangannya. Metode ini merupakan pendekatan demokratis, mendorong rasa kesatuang anggota, menghayati kepemimpinan bersama, dan membantu pengembangan sikap kepemimpinan.

Bentuk diskusi ini tidak cocok untuk peserta yang jumlahnya relatif . Peserta hanya akan mmendapat informasi yang terbatas, dan mudah terjerumus arahnya. Biasanya ada ketua yang ditugasi mengendalikan jalannya diskusi. Dia harus terampil mempimpin sehingga raus pembicaraan dapat berjalan dengan lancar dan adil, tidak dimonopoli oleh seseorang. Bentuk tempat pertemuan biasanya melingkar dengan berbagai alternatif desain tatap muka lain.

15.2 Diskusi Berkelompok-Kelompok

Bentuk diskusi ini sering dipakai bila jumlah peserta kegiatan diskusi relatif banyak. Bentuk kegiatan ini dilakukan dengan tujuan setiap peserta mempunyai peluang besar untuk berperan aktif berbicara. Setelah kegiatan diskusi kelompok-kelompok diadakan pertemuan pleno dengan mempersilakan setiap kelompok untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam forum terakhir ini kegiatan dikendalikan oleh ketua diskusi yang lebih inti dari penyelenggara.

15.3 Diskusi Panel

Diskusi panel adalah kegiatan pertemuan ilmiah yang sudah direncanakan dengan menghadirkan sejumlah panelis di depan khalayak atau pengunjung tentang suatu topik. Diskusi panel merupakan bentuk diskusi bertukar pikiran atau pengalaman antara tiga sampai enam orang ahli yang dipandu oleh seorang ketua (moderator) dan disaksikan oleh sejumlah pendengar/pemirsa/audiens. Tiap panelis mengemukakan pendapatnya tanpa menanggapi pendapat panelis lain.

Moderator dan seluruh peserta menyiapkan terlebih dahulu tentang topik yang dibahas serta peka terhadap bagian-bagian masalah tertentu yang cukup rawan dipermasalahkan dengan memperhitungkan aternatif pertanyaan dan jawaban. Waktu kegiatan dibagi dua, separo untuk panelis dan separo berikutnya untuk tanya jawab dengan audiens.

Secara singkat gambaran kegiatan diskusi ini adalah

a. Pendahuluan => moderator membuka diskusi, mengemukakan topik dan arah serta tujuan yang ingin dicapai, memperkenalkan para peserta, serta membacakan tata tertib;
b. Penyampaian gagasan => panelis menyelesaikan gagasan, pendapat, atau pengalaman sesuai dengan jatah waktu yang diberikan;
c. Diskusi bebas => moderator mengatur jalannya diskusi antarpanelis serta tanggapan antarpanelis;
d. Partisipasi pendengar => moderator mempersilakan para pendengar untuk mengemukakan pendapat, menanggapai, bertanya, atau berkomentar. Panelis yang ditanyai atau ditanggapi akan memberikan jawaban.

Rangkuman => moderator merangkum hasil diskusi dengan mendapatkan pemecahan. Itulah sebabnya, pada umumnya lokakarya juga mengundang ahli dalam bidangnya sehingga secara teknis dapat mengemukakan pandangan yang mendalam untuk mencari solusi. Dalam hal ini biasanya disusunlah makalah dan disertai dengan presentasi. Masalah yang dikemukakan biasanya relatif konkret, tak sebatas konsep

Bentuk diskusi ini menghasilkan cetusan-cetusan gagasan baru, pendapat berbeda-beda, serta mendorong analisis untuk menghasilkan kesimpulan dari moderator. Karenanya bentuk diskusi ini memerlukan orang yang betul-betul memenuhi persyaratan. Kelemahannya, jika moderator tidak cerdik, ada kemungkinan seorang narasumber berbicara lebih dominan dibandingkan narasumber lain. Di sisi lain, hadirin mungkin juga terklasifikasi dalam kelompok setuju dan tidak setuku terhadap pendapat narasumber yang ada.

15.4 Rapat kerja

Rapat kerja adalah pertemuan wakil-wakil eselon dari suatu instansi untuk membahas masalah yang berkaitan dengan tugas dan fungsi instansi tersebut. Biasanya yang dibahas adalah program kerja dengan arah pembicaraan untuk mengusahakan keputusan yang membawa hasil yang baik untuk dilaksanakan.

Biasanya rapat ini dipimpin oleh kepala instansi disertai dengan pengarahan yang mengacu ke pencapaian target atau tujuan.

15.5 Seminar

Serminar (semin (Latin)= biji, benih) diartikan sebagai tempat benih-benih kebijaksanaan disemikan. Yang dibicarakan dalam seminar bukan masalah teknis, melainkan masalah kebijakan yang akan dipakai sebagai landasan bagi masalah-masalah yang bersifat teknis. Oleh sebab itu, biasanya kajiannnya bersifat penelitian beserta hasilnya atau studi literature.

Dalam seminar terdapat moderator, notulis, pemrasaran, pembanding, partisipan, dan guru pembimbing dengan tugas masing-masing.

a. Moderator bertugas membuka, memperkenalkan pemrasaran dan notulis, membacakan tata tertib, mengarahkan dan mengatur arus pembicaraan, menyampiakn kesimpulan, serta menutup diskusi.
b. Notulis bertugas mencatat hal-hal penting dalam diskusi baik teknis maupun materi pembicaraan;
c. Pemrasaran bertugas menjelaskan isi permasalahan yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam bentuk makalah;
d. Pembanding bertugas menyampaikan makalah bandingannya yang berisi tanggapan atau pernyataan terhadap apa yang disampaikan oleh pemrasaran sebelumnya;
e. Partisipan bertugas mengikuti kegiatan diskusi secara aktif, bukan sebatas pendengar belaka, melainkan bisa juga memberikan tanggapan, pertanyaan, dan lain-lain.
f. Guru pemibimbing biasanya ada kalau seminar diadakan di sekolah. Tugasnya, memberi saran dan arahan kepada pemrasaran serta meluruskan pembicaraan yang menyimpang dari tujuan semula.

Secara umum seminar dilaksanakan dengan tahap berikut:

1) Moderator membuka kegiatan dan mengarahkan;
2) Pemrasaran menyampaikan makalahnya;
3) Pembanding menyampaikan makalah atau tanggapannnya;
4) Pemrasaran menaggapi balik pernyataan pembanding atau menjawab pertanyaan; Partisipan menyampaian gagasannya, misalnya pertanyaan, tanggapan;
5) Pemrasaran atau pembanding menyampaikan jawaban atau tanggapan;
6) Guru pembimbing diberi kesempatan untuk menanggapi;
7) Moderator menarik kesimpulan dan menutup diskusi. Sebelumnya moderator mengemukakan perumusan hasil seminar secara keseluruhan.

15.6 Konferensi

Konferensi merupakan bentuk pertemuan dari kedua pihak untuk membahas atau merindingkan masalah yang dihadapi bersama. Secara longgar, konferensi juga diartikan dengan pertemuan anggota-anggota dari dua cabang perwakilan untuk menyesuaikan perbedaan dalam langkah dan kebijakan mereka. Konferensi merupakan pembicaraan, rapat, atau pemusyawarahan antara wakil-wakil berbagai negara untuk, membahas kepentingan bersama.

Kegiatan ini mengacu ke pengambilan tindakan sehingga menghasilkan suatu keputusan untuk ditindaklanjuti. Sebuah perusahaan besar bisa melakukan seperti ini dan biasanya diadakan setelah munculnya masalah yang lanyak dan perlu untuk segera dicari solusinya. Keputusan diambil tentu merupakan keputusan terbaik.


15.7 Kongres

Kongres merupakan pertemuan formal antara delegasi-delegasi atau wakil-wakil organisasi politik, sosial, atau profesi untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai suatu masalah bersama. Kongres merupakan rapat besar yang pesertanya ratusan, ribuan, bahkan jutaan. Karena itu, kongres biasanya dilakukan oleh sebuah organisasi. Kongres sering diistilahkan lain menjadi muktamar untuk suatu partai, biasanya lima tahun sekali untuk menentukan garis besar kebijakan yang akan dilakukan dalam satu kurun waktu demi menghadapi kompetitor atau persaingan yang ada.


15. 8 Simposium

Simposium adalah suatu pertemuan formal dengan beberapa ahli menyajikan pidato atau prasaran singkat mengenai sebuah topik denghan aspek yang berbeda-beda, atau topik yang bertalian di hadapan sebuah sidang hadirin. Semua prasaran dibahas oleh hadirin dipandu oleh seorang pemimpin atau moderator. Simposium merupakan bentuk diskusi yang diawali serangkaian pidato pendek oleh dua atau empat orang pakar. Mereka memang diundang untuk menyampaiakan pandangan-pandangan tentang masalah yang dibicarakan. Seorang moderator mengatur kelancaran jalannya diskusi. Setelah pembicara selesai menyampaikan pendapatnya, moderator mempersilakan peserta untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan yang kemudian ditanggapi atau dijawab oleh pembicara.

Bentuk diskusi ini dapat dipakai pada kelompok besar atau kecil serta dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang relatif banyak dalam waktu relatif singkat serta dapat disoroti hasilnya. Pergantian pembicara menambah variasi pembicaraan yang justrui menjadikan kegiatan ini menarik. Oleh karena itu, perlu perencanaan yang matang agar membawa hasil yang baik.

Di sisi lain bentuk diskusi ini bersifdat kurang spontan dan tak memancing kreativitas. Interaksi kelompok-kelompok yang hadir kurang berkembang. Perhatian hanya ditekankan pada pokok pembicaraan serta suasana agak bersifat formal, sementara kepribadian pembicara dapat mengarahkan isi kegiatan secara kurang tepat. Waktu berlangsungnya kegiatan diskusi ini sulit dikendalikan, kecuali moderator pandai membaca arah pembicaraan narasumber serta disiplin dengan penguran waktunya.


15.9 Kolokium

Kolokium tidak diawali dengan pidato. Para pakar diundang hanya untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peserta mengenai topik yang telah ditentukan. Para pakar hanya menjawab pertanyaan. Dalam hal ini pembicaraan dikendalikan oleh moderator yang mengarahkan ke tujuan pembicaraan. Oleh karena itu, komitmen moderator terhadap tujuan dan kepandaian mebaca arah dan isi pembicaraan sangat diperlukan. Bahkan, tak jarang jika secara implicit moderator harus pandai arah pertanyaan peserta dan jawaban narasumber.


15.10 Sarasehan

Sarasehan merupakan model diskusi yang sifatnya mendekati santai. Para peserta biasanya akrab dalam nuansa pergaulan yang tak formal misalnya sambil minum kopi. Masalah yang dibicarakan terbatas, para peserta bebas menyatakan pendapatnya atau pengalamannya seputar topik tersebut.


15.11 Cawan Ikan/fishbowl

Cawan ikan merupakan bentuk diksusi yang unik dengan konstruksi tempat duduk seperti cawan melengkung atau mangkuk dengan moderator di tengah dan di sebelah kanan moderator duduk seorang ahli atau pakar dan sebelah kiri moderator terdapat tiga kursi kosong. Moderator membuka dengan memberikan kata pengantar kemudian mempersilakan para peserta untuk menduduki kursi yang telah disediakan. Peserta kemudian dipersilakan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pakar yang ada. Setelah pembahasan selesai, peserta kembali meninggalkan kursi yang kemudian kosong seperti semula.

15.12 Debat

Bentuk kegiatan berbicara ini sebenarnya sudah di luar hakiki kegiatan diskusi ilmiah. Kegiatan ini mempertemukan dua pihak pembicara yang pro dan kontra tentang suatu topik. Prasaran atau pendapat yang diajukan oleh tiap pihak dapat ditikuti dengan suatu tangkisan atau tidak. Anggota kelompok dan hadirin dapat juga mengajukan pertanyaan kepada peserta atau pihak pembicara.

Debat berarti berbicara kepada lawan bicara untuk beradu pendapat, prinsip, argumen, konsep, atau yang lain dengan tujuan untuk memenagkan pendapat sendiri.. Secara sederhana debat dapat diartikan tukar pikiran tantang suatu masalah dengan saling memberi alasan yang diutamakan. Inti debat adalah memenangkan pendapat sendiri. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan satu demi satu tetapi dapat juga kelompok demi kelompok, bergantung pada kebutuhan dan kondisi lingkungan. Posisi tempat duduk sangat variatif, dan dapat menggunakan moderator atau tanpa moderator.

Kegiatan ini mempertajam hasil yang akan dicapai sebab suatu masalah akan terlihat dari dua segi sekaligus. Karena itu, kegiatan ini membangkitkan keberanian analisis yang kritis dari setiap pihak. Tekinik ini membangkitkan daya tarik serta mempertahankan daya tarik dan perhatian para hadirin. Paling cocok metode ini dipakai untuk kelompok besar.Hanya saja, kadang selisih pendapat bisa tak terkenadli di luar penalaran logis ilmiah yang cenderung emosional subjektif. Hal itu sering mengakibatkan kesan negatif tentang debat tersebut serta narasumbernya. Konsekuensi lanjutannya, mereka menjadi tak tertarik mengikuti kegiatan debat serta tak mau berpartisipasi. Oleh sebab itu, untuk menjaga kesan positif dan objektif tentang kegiatan tersebut diperlukan seorang moderator yang amat bijak dan pandai membaca keadaan pembicaraan.


15.13 Sumbang saran (Braintstorming)

Sumbang saran merupakan semacam metode memecahkan masalah yang setiap anggotanya diberi kesempatan untuk mengusulkan dengan cepat kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi. Metode ini tidak menfhendaki kritik. Evaluasi atas suatu pendapat dilakukan kemudian.

Metode ini berusaha membangkitkan pendapat baru dan merangsang anggota untuk turut ambil bagian. Biasanya terjadi mata rantai pendapat serta tak dibutuhkan banyak waktu. Cocok pula dipakai untuk kelompok besar atau kecil. Tak amat diperlukan seorang pemimpin yang hebat serta tak banyak diperlukan peralatan. Hanya saja besar kemungkinan b ila lepas kontrol kegiatan ini menjadi tidak efektif.

 

KESANTUNAN BERDEBAT

BERDEBAT  YANG SANTUN
PENOLAKAN-PENYANGGAHAN PENDAPAT


Penolakan atau penyanggahan pendapat orang lain merupakan reaksi bentuk hasil rumusan jalan pikiran kita terhadap pendapat orang lain, terutama dari aspek kelemahan pendapat tersebut, yang kemudian diikuti alternatif jalan keluarnya. Di sini terlihat bahwa, tak cukup bagi kita jika hanya sebatas menilai aspek kelemahan pendapatnya. Tanggung jawab moral berikutnya adalah menyodorkan alternatif solusi, dari yang terbaik sampai yang paling kurang baik. Di sisi lain kita harus berani mengemukakan kelemahan pendapat lawan bicara, tidak usah melihat siapa yang bicara, melainkan apa yang dibicarakan.

Mempelajari cara menolak pendapat lawan bicara sebenarnya juga bermanfaat untuk mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri. Secara ilmiah setiap orang harus berlaku jujur, baik terhadap orang lain maupun diri sendiri. Semakin objektif dan jujur seseorang semakin berani mengoreksi pendapat diri sendiri. Hal ini akan semakin membuat diri kita bersifat terbuka terhadap saran, kritik, dan usul dari pihak lain, bahkan justru berterima kasih atas hal tersebut. Di sisi lain, dalam memberikan kritik kita juga harus menilai diri sendiri apakah penalaran kita dapat diterima orang lain. Jika kritik tersebut didasarkan pada fakta-fakta yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan serta logis, kita harus menerimanya secara satria.

Prinsip penolakan:
  1. Penolakan hendaknya diarahkan kepada beberapa pokok yang penting saja, bukan pada seluruhnya. Kejujuran intelektual mencegah kita untuk memilih yang tidak penting serta mengadakan generalisasi bahwa seluruh argumennya salah.
  2. Argumentasi yang digunakan tidak terikat pada satu formulasi, tetapi ingin merebut dan menguasai situasi terlebih dahulu, kemudian memanfaatkannya sebaik mungkin.
  3. Penolakan hendaknya menggunakan kutipan-kutipan secara tepat rumusan argumentasi atau pokok persoalan yang akan ditolak.
  4. Metode penolakan dapat dipergunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap argumentasi diri sendiri.
  5. Penerimaan yang dangkal terhadap gagasan tertentu sebagai kebenaran mutlak merupakan pertanda ketidakkritisan penalaran kita dan kurang terdidik.
  6. Setiap tindakan, perubahan atau halangan akan mendapat pertimbangan yang harmonis bila selalu diikuti dengan kritik-kritik yang sehat.
  7. Keberanian menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan kebenaran, logika semu, sensasi, walau gagasan itu mendapat pasaran, perlu dilatih sebagai cerminan kaum terdidik.
Metode-metode penolakan

1. Menyerang otoritas

Dalam hal ini perlu diperhatikan apakah pendapat otoritas itu didukung dan diperkuat oleh kesaksian ahli atau eksperimen-eksperimen tertentu. Pendapat yang tidak didukung oleh evidensi-evidensi walau tidak salah sudah lemah kedudukannya. Kita tidak boleh silau dengan kemashuran suatu otoritas. Kemashuran otoritas hanya berarti bahwa otoritas tersebut pernah tepat dan benar secara lokal dan temporal, mempunyai keterikatan ruang dan waktu.

Suatu pendapat yang tidak didukung oleh evidensi hanya diogolongkan ke dalam hipotesis. Sebuah hipotesis tidak dapat disangkal kebenarannya demi pengembangan ilmu, tetapi belum menjadi suatu kesimpulan yang benar bila tidak didukung oleh evidensi yang kuat. Di sisi lain otoritas pendapat mempunyai keterikatan tertentu,baik berupa organisasi, poitik, ideologi, profesi, keyakinan (agama), ormas, dan lain-lain yang menyebabkan subjektivitas pendapat.Oleh karena itu, kita harus cermat apakah pendapat tersebut tidak mengandung prasangka, tidak tersembunyi di balik keahliannya untuk maksud tertentu? Kita juga dapat menolaknya dengan menggunakan kutipan otoritas-otoritas lain yang diperkuat dengan eksperimen, observasi, atau penelitian. Kita dapat juga mengumpulkan fakta-fakta atau evidensi untuk menyerang otoritas tadi.

2. Pratibukti (counterargument)

Cara ini merupakan jalan yang efektif untuk menolak suatu pendapat karena ia mengemukakan evidensi-evidensi tambahan atau jalan pikiran yang lebih baik untuk membuktikan kesalahan pendapat lawan bicara. Hal itu membuktikan bahwa jalan pikiran kita lebih baik daripada lawan bicara.

Pratibukti tidak melibatkan pribadi-pribadi dan tidak ada serangan langsung terhadap suatu pendapat. Secara sederhana kita kemukakan, “Inilah fakta dan logika yang memperkuat pendapat saya. Berdasarkan evidensi dan jalan pikirtan ini, agaknya hanya ada satu kemungkinan kesimpulan yang masuk akal.”

3. Salah nalar

Hal yang paling esensial dalam proses penolakan adalah menunjukkan kesalahan dalam proses penaralaran lawan bicara. Apakah jalan pikiran tersebut benar atau tidak, kemudian dapat ditentukan sikap terhadap persoalan yang dibicarakan. Salah nalar ini sering terjadi dalam jalan pikiran manusia di kehidupan sehari-harinya, tanpa disadari secara pasti dan justru menabiat karena kebiasaan. Kesalahan penalaran tersebut dapat berupa generalisasi sepintas lalu, analogi yang pincang, semua alih-alih beberapa, kesalahan dalam hubungan kausal, kesalahan karena tidak mengerti persoalan.

3.1 Generalisasi sepintas lalu

Prinsip ini berasal dari keinginan yang kuat untuk menyederhanakan suatu persoalan yang kompleks. Di sisi lain hal ini juga berasal dari kelambanan bertindak atau kemalasan berusaha untuk meneliti fakta-fakta disertai dengan sikap ketidakmauan mendalami bagian topik yang rumit.

Pola berpikir ini sering disebut pemikiran tabloid cenderung menyederhanakan topik yang kompleks kepada pembaca. Argumentasi semacam ini dapat ditolak dengan memperlihatkan bahwa peristiwa-peristiwa khusus belum cukup banyak diselidiki untuk menetapkan kebenaran konklusi. Perlu dicari lagi fakta-fakta yang cukup banyak jumlahnya untuk meperkuat konklusi itu. Generalisasi sepintas lalu yang didasari atas kebangsaan atau watak etnis perlu disikapi dengan hati-hati bila diterima.

3.2 Analogi yang pincang

Analogi induktif pada umumnya dapat diterima secara logis, tetapi ada juga corak penalaran indukltif secara analogis yang pincang atau terlalu dipaksakan padahal tidak ada kemiripan antara dua hal yang diperbandingkan tersebut atau analogi penjelas diberikan kepada kita untuk menutup lubang perbedaan sehingga terbentuk penalaran analogis yang logis.

3.3 Semua alih-alih beberapa
Pola pikir ini menggunakan silogisme yang mengandung term tengah, tetapi fakta-fakta tidak memberikan jaminan kebenaran. Kualitas universal afirmatif yang dinyatakan dengan kata semua dan sejenisnya tidak selalu mutlak memberikan jaminan kebenaran.

3.4 Kesalahan hubungan kausal
Seringkali orang terjebak dalam kerangka berpikir bahwa peristiwa yang terjadi sebelumnya merupakan penyebab terjadinya peristiwa berikutnya, padahal hal itu belum tentu benar secara kausalitas. Jalan penalaran semacam ini disebut juga pos hoc, ergo propter hoc (sesudah ini, sebab itu, karena itu). Kesalahan ini mirip dengan nonsequitur (tidak bisa diikuti). Ini terjadi karena kesimpulan yang diturunkan tidak berdasarkan premis-premis yang ada. Contoh: Ia tidak bisa mengurus rumah tangga kantor karena mengurus rumah tangga sendiri saja tidak bisa.

3.5 Kesalahan karena tidak mengerti persoalan

Kesalahan ini terjadi ketika seseorang berbicara banyak bukan pada inti yang harus dibicarakan, melainkan berbicara pada pokok yang lain yang sebenarnya tidak perlu dibicarakan saat itu. Hal ini semata karena yang bersangkutan tidak mengetahui persoalan yang dibicarakan secara memadai.

3.6 Argumentum et hominem

Pola ini merupakan pembuktian yang ditujukan kepada manusianya dengan jalan berusaha mengelak memberikan bukti-bukti dari suatu masalah yang dihadapi dengan mengompensasikan menolak karena manusianya.

4. Dorongan emosi

Manusia sering mencampuradukkan antara rasio dan emosi yang justru menjerat manusia dalam arus emosi, apalagi diwarnai dengan keengganan berpikir secara kritis.Oleh sebab itu, manusia perlu menyadari diri dari pengaruh para demagog, tokoh politik, pemasang iklan, dfan lain-lain. Kelemahan psikologis manusia seperti itu sering dimanfaatkan dengan tujuan tertentu. Memang, tidak selalu setiap sentuhan emosional bernada jahat. Cara menolaknya berpegang pasda prinsip: semakin kuat aspek emosional yang mengriringi suatu pernyataan, semakin lemah kebenaran persoalannya.

Cara-cara berikut dominan faktor emosinya sehinga objektivitasnya merosot.

4.1 Berbicarta berdasarkan prestise

Cara ini sering digunakan dalam mempropagandakan sesuatu dengan jalan memanfaatkan prestise seseoramng sehingga audiens menerima apa yang dipropagandakan. Model ini biasa dipakai dalam dunia politik dan periklanan.

4.2 Menggunakan istilah yang berprasangka

Istilah tertentu sering digunakan untuk menghantam lawan bicara. Konsep yang dikenal umum atau sudah menjadi opini publik sering dimanfaatkan untuk menjatuhkan kharisma seseorang, misalnya provokator, reaksioner, komunis, kapitalis, dan lain-lain. Di sisi lain, sering digunakan istilah tertentu yang berkonotasi baik, misalnya keamanan nasional, semangat berkorban, aksi sosial, rule of low, pancasilai, reformis.

4.3 Argumentum ad populum

Pola ini menggunakan populasi (masyarakat) sebagai dalih untuk membenarkan pendapatnya. Rakyat sering digunakan sebagai alat untuk membentengi pidato politik atau keperluan pribadi/kelompok dalam politik. Seseorang bisa menggunakan cara ini demi kepentingan kelompoknya atau pribadi, sedangkan rakyat atau populasinya hanya digunakan sebagai korban/benteng, bukan fakta.

5. Metode-metode khusus

Metode-metode ini bersifat khusus karena memang digunakan dalam situasi khusus, yaitu dilema, metode residu, dan reductio ad absurdum.

5.1 Dilema

Metode ini sebenarnya termasuk daslam silogisme hipotetis yang bersifat majemuk, dan dari segi bentuk bersifat separuh disjungtif. Hal ini terjadi karena premis mayor dibentuk dari dua proposisi hipotetis, sedangkan premis minor
dan konklusinya merupakan proposisi disjungtif.

Jika melakukan hal itu kamu akan dihukum seumur hidup, tetapi jika tidak melakukannya kamu akan sengsara seumur hidup.

Dilema harus mengandung akibaty yang sama berat. Sering terjadi bahwa dilema yang diajukan tidak sama kuat. Sebab itiu sebagai metode penolakan, kita harus meneliti secermat-certmatnya apakah betul terdapat dua alternatif yang mempnyai pertalian yang sama kuat terhadap pokok-persoalan.

Bila tidak kritis dan hati-hati dilema dapat menjadi generalisasi sepintas lalu yang berlebihan. Dilema muncul dari anggapan seoolah-olah hanya ada dua kemungkiinan, tidak lebih-tidak kurang. Untuk menolak pendapat melalui dilema yang semua, cukup saja diajukan argumentasi bahwa satu alternatif dapat disisihkan, atau masioh ada alternatif lain yang lebih baik.

5.2 Metode residu

Metode residu merupakan usaha untuk menolak pendapat dengan mencatat semua alternatif yang berhubungan, kemudian mencoba mengeluarkan alternatif-alternatif lain yang mungkin saja tidak masuk akal atau tidak mungkin. Dengan demikian metode ini lebih efektif bila semua alternatif yang berhubungan dengan persoalan dapat dicatat semuanya. Jika satu alternatif saja diabaikan, metode ini akan menemukan kegagalan. . Oleh karena itu, metode ini memerlukan penelitian yuang cermat.

5.3 Reductio ad absurdum

Metode ini bersifat memperluas suatu fase dari argumentasi yang dikemukakan lawan hingga mencapai titik kabur (absurdum) atau sama sekali tidak masuk akal. Metode ini digunakan secara tepat dengan memperlihatkan ejekan terhadap gagasan. Ini memerlukan fakta-fakta yang tepat dan kuat bila tidak menginginkan kena bumerang.

Kamis, 08 Agustus 2013

IMBUHAN BAHASA INDONESIA

Awalan (prefiks)
Awalan adalah imbuhan yang diberikan di awal kata. 
Contoh : me-, ber- di-, ke-, pe-, ter-

Awalan me –
Pemakaian awalan me- bervariasi yaitu mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-
Contoh :  melapor, membaca, menarik, menyanyi, menghitung, dan mengecat

Makna awalan me- :
1.      Melakukan perbuatan/tindakan. 
Contoh :    mengambil, menjual.
2.      Melakukan perbuatan dengan alat. 
Contoh  :  memotong, menyapu.
3.      Menjadi atau dalam keadaan. 
Contoh :    menurun, meluap.
4.      Membuat kesan. 
Contoh :    mengalah, membisu.
5.      Menuju ke. 
Contoh :    mendarat, menepi.
6.      Mencari. 
Contoh :    mendamar, merotan.

Awalan ber-
Pemakaian awalan ber- mempunyai kaidah sebagai berikut. 
1.      Apabila diikuti kata dasar yang berhuruf (r) dan beberapa kata dasar yang suku pertamanya berakhir huruf (er), bentuk awalan ber berubah menjadi be-.
Contoh :    ber +  rantai     à  berantai
                        ber + kerja       à  bekerja
2.      Apabila awalan ber- bertemu dengan kata dasar ajar, ber- berubah menjadi bel-
Contoh :    ber + ajar         à  belajar
3.      Apabila awalan ber- diikuti kata dasar selain yang disebutkan di atas, ber- tetap tanpa perubahan.
Contoh :    ber + lari          à  berlari
                  ber + nyanyi    à  bernyanyi

Makna awaln ber-
1.      Mempunyai. 
Contoh :    beranak, berhasil
2.      Memakai/menggunakan/mengendarai. 
Contoh :    bersepeda, bersepatu
3.      Mengeluarkan. 
Contoh :    berkata, bertelur

4.      Menyatakan sikap mental. 
Contoh :    berbahagia, berbaik hati.
5.      Menyatakan jumlah. 
Contoh :    berdua, berempat.

Awalan di-
Awalan di mempunyai makna suatu perbuatan aktif.  Awalan di- merupakan kebalikan dari awalan me- yang bermakna aktif.
Contoh :          di +  siram       à  disiram
                        di + tanam       à  ditanam
                        di + beli           à  dibeli

Awalan ter-
1.      Awalan ter- hampir sama dengan awalan di-.  Awaln ter- berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif.
Contoh :    ter +  tendang  à  tertendang
                                                                          i.      ter  +  bakar           à  terbakar
2.      Awalan ter- ada pula yang termasuk golongan kata sifat.
Contoh :    ter  +  pandai   à  terpandai
                                                                          i.      ter  +  kecil            à  terkecil
Makna awalan ter-
1.      Sudah di atau dapat di. 
Contoh :    tertutup, terbuka.
2.      Ketidaksengajaan. 
Contoh :    terbawa, terlihat.
3.      Tiba-tiba. 
Contoh :    teringat, terjatuh.
4.      Dapat atau kemungkinan. 
Contoh  :  ternilai, terbagus.
5.      Pelaing atau super. 
Contoh :    terpandai, tertua.


Awalan pe-(n)
Pemakaian awalan pe-(n) memiliki variasi sebagaimana yang berkalu pada awalan me-(n).

Makna awalan pe-(n) :
1.      Menyatakan yang melakukan perbuatan. 
Contoh :    penulis, pembaca.
2.      Menyatakan pekerjaan. 
Contoh :    perpanjang, perlebar.
3.      Menyatakan alat. 
Contoh :    penghapus, penggaris.
4.      Menyatakan memiliki sifat. 
Contoh :    pemaaf, pemalu.
5.      Menyatakan penyebab. 
Contoh :    pemanis, pemutih

Awalan pe-
Umumnya tidak bias digunakan secara mandiri.  Pemakaian awlan per- membutuhkan imbuhan lain misalnya –kan dan –an.
Contoh :          per-kan + kembang     à  perkembangan
                        per-an    +  usaha         à  perusahaan

Awalan se-
Makna awalan se-
1.      Menyatakan satu. 
Contoh  :  selembar, seribu.
2.      Menyatakan seluruh. 
Contoh  :  sekota, sedesa.
3.      Menyatakan sama. 
Contoh  :  sepandai, seindah.
4.      Menyatakan setelah. 
Contoh :    sekembali

Awalan ke-
Makna awalan ke-
1.      Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah. 
Contoh  :  kesebelasan.
2.      Menyatakan urutan. 
Contoh  :  kesatu, kedua, ketiga


Sisipan (infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang diberikan di tengah kata. 
Contoh :  -el, -em, dan –er.

Makna sisipan :
1.      Menyatakan internsitas atau frekuensi.
Contoh :    geletar, gemetar
2.      Menyatakan banyak dan bermacam-macam.
Contoh :    temali, gemerincing
3.      Memiliki sifat yang disebut dalam kata dasarnya.
Contoh :    temurun, gemilang, telunjuk, pelatuk, gelembung, telapak


Akhiran (sufiks)
Imbuhan yang diberikan di akhir kata.
Contoh :  -kan, -I, -an, -kah, -tah, dan –pun.


Akhiran –kan
Makna akhiran –kan :
1.      Secara umum mengandung arti perintah.
Contoh :
      Dengarkan baik-baik !
2.      Menyatakan sebagai alat atau membuat dengan.
Contoh :   
      menusukkan pisau, melemparkan batu
3.      Menyebabkan atau menjadikan sesuatu.
Contoh :
      membesarkan, menjatuhkan
4.      Menyatakan arti bahwa suatu pekerjaan dilakukan untuk orang lain.
Contoh :
      meminjamkan, mengembalikan
5.      Mentransitifkan kata kerja ke dinding
Contoh :
      memantulkan

Akhiran -i
Makna akhiran –I :
1.      Mengandung arti membentuk kalimat perintah.
Contoh :
      Turuti perintahnya !
2.      Menyebabkan sesuatu jadi.
Contoh :
      menyakiti hati,  menghargai dia
3.      Menyarakan intensitas (pekerjaan yang berulang-ulang)
Contoh :
      menembaki, memukuli

Akhiran –an
Makna akhiran –an
1.      Menyatakan tempat.
Contoh :    pangkalan, kubangan
2.      Menyatakan alat.
Contoh :    ayunan, timbangan
3.      Menyatakan hal atau cara.
Contoh :    didikan, pimpinan
4.      Menyatakan akibat, hasil perbuatan.
Contoh :    hukuman, balasan
5.      Menyatakan sesuatu yang di.
Contoh :    catatan, suruhan
6.      Menyatakan seluruh, kumpulan.
Contoh :    lautan, sayuran
7.      Menyatakan menyerupai.
Contoh :    anak-anakan, kuda-kudaan
8.      Menyatakan tiap-tiap.
Contoh :    tahunan, mingguan
9.      Menyatakan mempunyai sifat.
Contoh :    asinan, manisan

Akhiran –isme dan –isasi
Merupakan jenis imbuhan serapan.

Makna akhiran –isme adalah  paham atau ajaran :
Contoh :          komunisme, animisme, liberalisme
Makna akhiran –isasi adalah proses atau menjadikan sesuatu.
Contoh            :          swastanisasi, lebelisasi

Akhiran – i , - iah,  - is, - wi
Merupakan jenis imbuhan serapan.
- i berasal dari bahasa Inggris.
- iah, - is, - wi berasal dari bahasa Arab
Makna akhiran – i, - iah, - is, - wi adalah membentuk kata sifat.
Contoh :          insani               : memiliki sifat keinsanian
                        alamiah            :  memiliki sifat alamiah, natural
                        agamais           :  menujukkan sifat orang yang taat beragama
                        manusiawi       :  bersifat kemanusiaa

Awalan dan Akhiran (konfiks)
Awalan dan akhiran adalah imbuhan yang berupa gabungan dari awalan dan akhiran.
Contoh :  me-kan, pe-an, ber-an, se-nya, meper-kan

Awalan dan Akhiran me-kan, dan memper-kan
Makna me-kan:
1.      Melakukan pekerjaan orang lain.
Contoh :    Adik memesankan ibu makanan.
2.      Menyebabkan atau membuat jadi.
Contoh  :   Lemparan bola itu memecahkan kaca jendela kamar.
3.      Melakukan perbuatan.
Contoh        :         Gajah menyemburkan air dari belalainya.
4.      Mengarahkan.
Contoh :    Ayah meminggirkan kendaraannya.
5.      Memasukkan.
Contoh        :         Polisi memenjarakan penjahat itu di tahanan POLDA.
Makna memper-kan :
1.      Menyebabkan atau membuat jadi :
Contoh  :   Rini mempertotonkan kebolehannya bermain biola.              

Awalan dan Akhiran ber - an
Makna :
1.      Menyatakan jumlah pelaku yang banyak.
Contoh  :  berdatangan, berterbangan
2.      Menyatakan perbuatan yang berulang-ulang
Contoh        :         bergulingan, berlompatan
3.      Menyatakan hubungan antara dua pihak.
Contoh  :   bersamaan, bersebelahan, berduaan.
4.      Menyatakan hubungan timbal balik.
Contoh        :         bersahutan, bersalaman

Awalan dan Akhiran pe – an
Makna :
1.      Menyatakan hal
Contoh  :   pendidikan, penanaman
2.      Menyatakan proses atau perbuatan.
Contoh  :   pendaftaran, penelitian.
3.      Menyatakan hasil.
Contoh        :         pengakuan, peghasilan
4.      Menyatakan tempat.
Contoh  :  penampungan, pemandian
5.      Menyatakan alat.
Contoh  :  penglihatan, pendengaran

Awalan dan Akhiran per- an
Makna :
1.      Menyatakan tempat.
Contoh  :   perhentian, perusahaan
2.      Menyatakan daerah.
Contoh  :  perempatan, pertigaan
3.      Menyatakan hasil perbuatan.
Contoh  :   pertahanan, perbuatan
4.      Menyatakan perihal.
Contoh  :   perbukuan, perkelahian
5.      Menyatakan banyak.
Contoh  :  persyaratan, persaudaraan

Awalan dan Akhiran se –nya
Makna :
  1. Menyatakan makna tingkatan yang paling tinggi yang dapat dicapai.
Contoh  :         sebagus-bagusnya, setinggi-tingginya
  1. Sering disertai dengan kata ulang.
Contoh  :         sebaik-baiknya, semerah-merahnya