A. Pengertian Keterampilan Menulis
Istilah menulis berasal dari kata
tulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tulis mengandung arti ada huruf
(angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena
(pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka, dan
sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan
pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan
tulisan
Menurut Akhadiah dkk (1998:1.3)
menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan tulisan sebagai
mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala
kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Menulis sebagai suatu
kegiatan penyampaian pesan mengandung makna bahwa menulis merupakan salah satu
bentuk komunikasi verbal (bahasa). Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung
dalam suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar
manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan
disepakati pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang
terlibat. Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2)
pesan atu isi tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, dan (4) pembaca sebagai
penerima pesan.
Pernyataan Akhadiah di atas, pada
hakekatnya menyatakan bahwa menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan
seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis
kepada pembaca seperti yang dimaksud oleh pengarang. Agar komunikasi lewat
lambang tulis dapat tercapai seperti yang diharapkan, penulis hendaklah
menuangkan ide atau gagasannya kedalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap.
Dengan demikian, bahasa yang dipergunakan dalam menulis dapat menggambarkan
suasana hati atai pikiran penulis. Sehingga dengan bahsa tulis seseorang akan
dapat menuangkan isi hati dan pikiran.
Syafi’ie (1998:45) menyatakan bahwa
menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan,
serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang
lain. Hal ini berarti menulis mengandung makna menyampaikan pikiran, perasaan,
atau pertimbangan melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas
kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang disampaikan
kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna secara
tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Katakata itu harus disusun
secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang
ingin disampaikan itu. Makin teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang
menangkap pikiran yang disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu,
keterampilan menulis di sekolah sangatlah penting.
Menulis pada hakikatnya adalah suatu
proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca.
Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki ciriciri, antara lain bermakna,
jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan memenuhi kaidah gramatika. Kemampuan
menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan,
dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar.
Sementara itu, WJS Poerwodarminto
(1987:105) secara leksikal mengartikan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran
atau ide. Setiap tulisan harus mengandung makna sesuai dengan pikiran,
perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami
tepat seperti yang dimaksud penulis.
Kata keterampilan berbahasa
mengandung dua asosiasi, yakni kompetensi dan performansi. Kompetensi mengacu
pada pengetahuan konseptual tentang sistem dan kaidah kebahasan, sedangkan
performansi merujuk pada kecakapan menggunakan sistem kaidah kebahasaan yang
telah diketahui untuk berbagai tujuan penggunaan komunikasi. Seseorang
dikatakan terampil menulis apabila ia memahami dan mengaplikasikan proses
pegungkapan ide, gagasan, dan perasaan dalam bahasa Indonesia tulis dengan
mempertimbangkan faktorfaktor antara lain ejaan dan tata bahasa,
organisasi/susunan tulisan, keutuhan (koherensi), kepaduan (kohesi), tujuan,
dan sasaran tulisan.
B. Menulis sebagai Suatu Proses
Kegiatan menulis merupakan
keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu
proses terdiri atas beberapa tahapan. Tompkins (1994) dan Ellis dkk. (1989)
menguraikan lima tahapan menulis, yaitu pramenulis, pengedrafan, perbaikan,
penyuntingan, dan publikasi. Pada pramenulis, siswa diberi kesempatan
menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis, dan kerangka tulisan. Setelah
siswa menentukan apa yang akan ditulis dan sistematika tulisan, siswa
mengumpulkan bahanbahan tulisan dengan menggunakan bukubuku dan sumber lainnya
untuk memudahkan dalam penulisan. Pada pengedrafan, siswa dibimbing menuangkan
gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk draf kasar. Pada tahap
perbaikan, siswa merevisi draf yang telah disusun. Siswa dapat meminta bantuan
guru maupun teman sekelas untuk membantu dan mempertimbangkan gagasan yang
dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk memperbaiki aspek
mekanik (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak
sesuai dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki karangan
sendiri maupun teman sekelas. Pada tahap publikasi, siswa menyampaikan tulisan
kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru dan teman sekelas agar
mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi sempurna.
Siswa menjadi partisipan aktif dalam
seluruh tahapan menulis proses: pramenulis, pengedrafan, perbaikan, dan
penyuntingan sehingga siswa memahami betul apa yang ditulisnya. Ketika
menentukan topik yang akan ditulis, di benak siswa tergambar sejumlah informasi
yang akan ditulis. Informasi yang tersimpan di benak siswa dituangkan dalam
sebuah tulisan dengan bantuan guru dan teman sekelas. Ketika menulis, siswa
bebas mengungkapkan gagasan dengan cara menghubungkan kalimat secara utuh dan
padu membentuk sebuah paragraf serta menuangkannya pada tulisan. Siswa
menggunakan bahanbahan pustaka untuk mendukung tulisannya dan berdiskusi dengan
guru dan teman sekelas apabila ada bahan tulisan yang kurang jelas.
C. Tujuan dan Manfaat Menulis
Kegiatan menulis dilakukan dengan
berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan, yaitu untuk mengekpresikan
diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca, dan untuk
menghasilkan karya tulis.
Jenis tulisan menurut tujuan menulis
sebagai berikut.
1) Narasi yakni karangan/tulisan
ekspositoris maupun imajinatif yang secara spesifik menyampaikan informasi
tertentu berupa perbuatan/tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
2)
Deskripsi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi
tentang situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan).
Penyampaiannya dilakukan secara objektif, apa adanya, dan terperinci.
3)
Ekposisi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi
tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan
dengan tujuan menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga
pengetahuan pendengar/pembaca menjadi bertambah.
4) Argumentatif yakni
karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu
hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan
mempengaruhi, memperjelas, dan meyakinkan.
5)
Persuasif:karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang
sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan
mempengaruhi, meyakinkan, dan mengajak
Graves (dalam Akhadiah dkk.,
1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis mengemukakan bahwa: (1) menulis
menyumbang kecerdasan, (2) menulis mengembangkan daya inisiatif dan
kreativitas, (3) menulis menumbuhkan keberanian, dan (4) menulis mendorong
kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
1) Menulis Mengasah Kecerdasan
Menulis adalah suatu aktivitas yang
kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmonikan
berbagai aspek. Aspekaspek itu meliputi (1) pengetahuan tentang topik yang akan
dituliskan, (2) penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang jernih,
yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan (3)
penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai pada
kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan
pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan
daya nalarnya dalam berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai
evaluasi.
2) Menulis Mengembangkan Daya
Inisiatif dan Kreativitas
Dalam menulis, seseorang mesti
menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah
(1) unsur mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi,
pengalimatan, dan pewacanaan, (2) bahasa topik, dan (3) pertanyaan dan jawaban
yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca, maka
apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.
3) Menulis Menumbuhkan Keberanian
Ketika menulis, seorang penulis
harus berani menampilkan kediriannya, termasuk pemikiran, perasaan, dan
gayanya, serta menawarkannya kepada publik. Konsekuensinya, dia harus siap dan
mau melihat dengan jernih penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya, baik
yang bersifat positif ataupun negatif.
4) Menulis Mendorong Kemauan dan
Kemampuan Mengumpulkan Informasi
Seseorang menulis karena mempunyai
ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan
diketahui orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu
dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat menyampaikan banyak hal dengan
memuaskan tanpa memiliki wawasan atau pengetahuan yang memadai tentang apa yang
akan dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang disampaikannya hanya
sekedarnya.
Kondisi ini akan memacu seseorang
untuk mencari, mengumpulkan, dan menyerap informasi yang diperlukannya. Untuk
keperluan itu, ia mungkin akan membaca, menyimak, mengamati, berdiskusi,
berwawancara. Bagi penulis, pemerolehan informasi itu dimaksudkan agar dapat
memahami dan mengingatnya dengan baik, serta menggunakannya kembali untuk
keperluannya dalam menulis. Implikasinya, dia akan berusaha untuk menjaga
sumber informasi itu serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin.
Upaya ini dilakukan agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah
ditemukan dan dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi
minat dan kesungguhan dalam mengumpulkan informasi serta strategi yang
ditempuhnya.
Menulis banyak memberikan manfaat,
di antaranya (1) wawasan tentang topik akan bertambah, karena dalam menulis
berusaha mencari sumber tentang topik yang akan ditulis, (2) berusaha belajar,
berpikir, dan bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring informasi,
menghubunghubungkan, dan menarik simpulan, (3) dapat menyusun gagasan secara
tertib dan sistematis, (4) akan berusaha menuangkan gagasan ke atas kertas
walaupun gagasan yang tertulis memungkinkan untuk direvisi, (5) menulis memaksa
untuk belajar secara aktif, dan (6) menulis yang terencana akan membisakan
berfikir secara tertib dan sistematis.
E. Prinsip Menulis
Keterampilan menulis merupakan satu
keterampilan yang ditunjukkan oleh siswa bahwa ia bukan buta aksara. Pelatihan
menulis menyibukan para siswa belajar bahasa. Semua ulangan selalu dinyatakan
dalam bentuk tulis. Walaupun demikian, para guru masih mengeluhkan bahwa masih
ada siswa tidak mempunyai keterampilan menulis.
Menurut Parera dan Tasai (1995:14)
mengemukakan bahwa untuk dapat menetralisir keluhan para guru bahasa, maka
perlu diingatkan mereka dua fakta. Fakta yang pertama banyak sekali orang
pandai sangat lemah dalam keterampilan menulis, fakta kedua, hanya sekelompok
kecil orang yang dapat menulis dengan baik setelah lama berlatih di sekolah dan
di luar sekolah. Walaupun demikian keterampilan menulis merupakan satu
keterampilan yang harus diajarkan dan perhatikan dalam pembelajaran bahasa
meskipun dalam bentuk sederhana.
Selanjutnya menurut Rivers dalam
Parera dan Tasai (1995:15) mengemukakan keterampilan menulis merupakan satu
kebiasaan yang elegan dari para elite terdidik. Oleh karena itu, tujuannya
tidak akan tercapai untuk tingkat sekolah menengah ke bawah. Keterampilan
menulis menuntut penguasaan bahasa yang tinggi yang mungkin tidak dikuasai oleh
semua orang. Untuk memenuhi keterampilan menulis yang baik jenjang menulis
perlu diperhatikan. Belajar keterampilan menulis dilakukan secara berjenjang.
Beberapa jenjang untuk keterampilan
menurut Parera dan Tasai (1995:15) adalah: (1) menyalin naskah dalam bahasa,
(2) menuliskan kembali/mereproduksi apa yang telah didengar dan dibaca, (3)
melakukan kombinasi antara apa yang telah dihafal dan didengar dengan adaptasi
kecil, (4) menulis terpimpin, dan (5)menyusun karangan atau komposisi dengan
tema, judul, atau topik pilihan siswa sendiri.
Pembelajaran menulis dalam bahasa
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pembelajaran membaca. Pembelajaran
menulis merupakan pembelajaran keterampilan penggunaan Bahasa Indonesia dalam
bentuk tertulis. Keterampilan menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar,
berbicara, membaca. Menurut Pirera dan Tasai (1995:27) mengemukakan prinsip
prinsip menulis adalah: (1) menulis tidak dapat dipisahkan dari membaca. Pada
jenjang pendidikan dasar pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara
serempak, (2) pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan
disiplin berbahasa, (3) pembelajaran menulis adalah pembelajaran tata tulis atau
ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia, dan (4) pembelajaran menulis berlangsung
secara berjenjang bermula dari menyalin sampai dengan menulis ilmiah.
Berdasarkan perinsip-prinsip
pembelajaran menulis tersebut, maka alternatif pembelajaran menulis adalah
sebagai berikut: (1) menyalin, (2) menyadur, (3) membuat ikhtisar, (4) menulis
laporan, (5) menyusun pertanyaan angket dan wawancara, (6) membuat catatan, (7)
menulis notulen, (8) menulis hasil seminar, pidato, dan laporan, (9) menulis
surat yang berupa : ucapan selamat, undangan, pribadi, dinas, perjanjian,
kuasa, dagang, pengaduan, perintah, pembaca, memo, dan kawat (telegram), (10)
menulis poster dan iklan, (11) menulis berita, (12) melanjutkan tulisan, (13)
mengubah, memperbaiki, dan menyempurnakan , (14) mengisi formulir yang terdiri
dari: wesel dan cek, (15) menulis kuitansi, (16) menulis riwayat hidup, (17)
menulis lamaran kerja, (18) menulis memorandum, (19) menulis proposal/usul
penelitian, (20) menulis rancangan kegiatan, (21) menulis pidato/sambutan, (22)
menulis naskah, (23) menyusun formulir, (24) membentuk bagan, denah, grafik,
dan tabel, dan (25) menulis karya ilmiah.
F. Aspek Menulis Karangan
Ada beberapa persyaratan yang
sebaiknya dimiliki seorang siswa untuk menghasilkan tulisan yang baik. Syafi’ie
(1988:45) mengemukakan bahwa syarat-syarat tersebut adalah (1) kemampuan untuk
menemukan masalah yang akan ditulis, (2) kepekaan terhadap kondisi pembaca, (3)
kemampuan menyusun rencana penulisan, (4) kemampuan menggunakan bahasa, (5)
kemampuan memulai tulisan, dan (6) kemampuan memeriksa tulisan. Kemampuan
tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan
kekayaan kosakata yang dimilikinya.
Selain persyaratan tersebut di atas,
untuk menghasilkan tulisan yang baik perlu adanya pengetahuan tentang
aspek-aspek penting dalam menulis yang harus dikuasai. Badudu (1992:17)
mengemukakan yang perlu diperhatikan dalam menulis, yaitu (1) menggunakan kata
dalam kalimat secara tepat makna, (2) menggunakan kata dengan bentuk yang tepat,
(3) menggunakan kata dalam distribusi yang tepat, (4) merangkaikan kata dalam
frasa secara tepat, (5) menyusun klausa atau kalimat dengan susunan yang tepat,
(6) merangkaikan kalimat dalam kesatuan yang lebih besar (paragraf) secara
tepat dan baik, (7) menyusun wacana dari paragraf-paragraf dengan baik, (8)
membuat karangan (wacana) dengan corak tertentu, deskripsi, narasi, eksposisi,
persuasi, argumentasi, (9) membuat surat (macam-macam surat), (10) menyadur
tulisan (puisi menjadi prosa), (11) membuat laporan (penelitian, pengalaman,
dan sesuatu yang disaksikan), (12) mengalihkan kalimat (aktif menjadi pasif dan
sebaliknya, kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung), (13) mengubah
wacana ( wacana percakapan menjadi wacana cerita atau sebaliknya).
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, M. 1988. Materi Dasar
Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan
Sakura, H.R. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Haryadi dan Zamzami. 1996. Peningkatan
Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Dikti
Keraf, G. 1997. Komposisi. Ende
Flores Nusa Tenggara Timur: Nusa Indah.
Kosasih, E. 2002. Kompetensi
Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Musaba, Z. 1994. Terampil Menulis
dalam Bahasa Indonesia yang Benar. Banjarmasin: Sarjana Indonesia.
Soedjito dan Hasan, M. 1986. Seri
Membina Keterampilan Menulis Paragraf. Malang: Tanpa Penerbit
Spandel, V. and Stigginis, R. J.
1990. Creating Writers. London: Longman.
Suparno. 2002. Keterampilan Dasar
Menulis. Jakarta: DepdiknasUT
Syafi’ie, I. 1988. Retorika dalam
Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, H.G. 1987. Menulis sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar